It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kok bisa ya lekong suka sama lekong juga.. ih pasti gay deh ni te-es nye...
berarti yuzz itu hetero ya? atau cewek fujo??
@obay sama.. kita senasib..
#peluk obay..
@ularuskasurius @obay @4ndh0 @congcong @nero_dante1 @beepe @boyzfath @hwankyung69 @danze @callme_DIAZ
@hades3004 @chibipmahu @gaudeamus @noe_noet @abyan_alabqary @bintang96 @kebohenshin @yui_yoshioko
@Han_Gazou hananta @bi_ngung bandar beha @rubysuryo @adra_84 @venussalacca @ardi_cukup @jhoshan26
apdett
thanks 4 waitiing
dan kalau aneh atau jelek
maaf ya
kayaknya skill nya menurun nih lam g apdet
semoga kedepan bisa lebih baik!
KALO ADA YANG BELUM MENTION MINTA DI MENTION BLANG JA YAAAA
"Semangat ya Marco! Ini hari besar buatmu!"
Yujii berteriak sambil menepuk bahuku, kemudian kembali berlari, dan mengomando pasukannya untuk bersiap siap melaksanakan drama pembantaian(baca:percintaan) kami.
"Marco...."
Seseorang kembali menepukku.
Aku menoleh, dana tatapan iba Gege segera berada di depan wajahku.
"Kudengar kamu jadi pangeran ya? Novi jadi putrinya...?"
Beberapa teman satu gankku termasuk Benny berdiri bersama Gege.
Cahaya redup belakang panggung tampak menambah sendu keadaan.
Ada yang bisa main biola?
Bisa tolong mainkan lagu kejamnya dunia disini?
Masih dengan wajah ibanya, Gege menaikkan alisnya, menunggu anggukan yang sebenarnya ga perlu aku lakukan.
Ngapain anak ini masih nanya?
Apa dia ga liat poster besar didepan panggung yang membuat setiap orang menarik nafas ngeri itu?
Poster yang hampir merenggut nyawaku di ujung bibir Novi dalam proses pembuatannya?
Poster yang bahkan membuat seisi kelas menjerit saat Yujii pertama kali membukanya dari gulungannya?
Biar kujelaskan.
Poster itu seperti poster normal, standing poster dengan ukuraan 60x140cm, yang berisi gambarku dengan seekor jejadian, maksudku, Novi...
Dan sekarang poster itu berdiri tegak di depan panggung besar aula sekolahku, siap membunuh siapapun yang melihatnya tanpa persiapan berarti.
Seharusnya 5o meter sebelum poster itu diberi rambu peringatan, yang gambarnya kepala tengkorak atau semacamnya?
"Marco...?"
Gege masih menatapku dengan wajah yang dibuat buat mengiba. Ya ampun, rasanya mau kutonjok mukanya!
Aku mengangguk, Gege segera dengan wajah sok bijaksana menepuk nepuk pundakku sambil mengelus jenggotnya
Tunggu! Darimana dia dapat kumis dan jenggot palsu itu?
Gege menepuk nepuk pundakku dan mengangguk angguk dengan wajah yang benar benar menguji kesabaranku.
Sekarang aku berharap tiba tiba ada singa, atau macan, atau serigala, atau hyena, atau paling nggak anjing rabies deh! Mendadak lepas kesini terus nerkam dia sampe mati! Ga usah rabies juga ga apa apa, yang penting mati!
"Kalian ngapain di belakang panggung! Gege! Itu properti drama! Rocky! Terkam!"
"Muuu! Wau!"
"Au! Auuhh!"
Oke, Bayi rubah juga ga boleh, walau agak diluar ekspektasiku, tapi boleh la...
Bunuh dia Rocky! Bunuh dia!
Sayangnya, sebelum sempat Rocky (yang kuharap bisa) membunuh Gege, Yujii dengan cepat meremas kerah kemeja Gege, dan menarik janggut palsu itu dari wajahnya, menciptakan suara robekan besar.
Semoga mukanya ikut lepas!
"Oke! Semua! Siap! 5 menit lagi kita mulai dramanya."
Teriakan panitia barusan rasanya bagaikan pengumuman hukuman mati untukku.
5 menit menuju 45 menit drama pembantaian Marco.
Yujii tampaknya ikut tegang, ia langsung melemparkan begitu saja Gege yang terkulai lemas di tangannya.
Yujii's View
"Lalu pada suatu malam, akhirnya putri berhasil melarikan diri dari menara sang penyihir...."
Suara Ibu Yuni yang secara mendadak mendaulat dirinya sendiri menjadi narator terdengar begitu mellow, disusul oleh akting Novi yang begitu mengerikan.
Ia menyibakkan rambut palsu panjangnya, dan menegedip pada penonton yang segera menarik nafas dengan ekspresi horor.
Seorang nenek bahkan segera menghirup inhaler asmanya saat ia bertatap mata langsung dengan delikan centil Novi.
"Ohh, akhirnya penyihir itu pergi, sekaranglah saatnya aku melarikan diri dari penjara ini..."
Novi memotong rambut palsunya, dan mengikatkannya pada jendela kamarnya membentuk tambang, tapi kemudian melompat turun, menciptakan gempa tremor hebat di sekeliling panggung.
Si nenek menghirup inhalerny lagi.
"Aku harus melarikan diri, ke tempat orangtuaku, disana aku pasti akan aman..."
"Lalu putri pun pergi mengendap endap menembus hutan, pulang kembali ke istana dimana ayah dan ibunya berada..."
Ibu Yuni dengan suara sengaunya berhasil menyihir tertidur semua orang.
Seharusnya kemarin Bu Yuni jadi penyihirnya aja....
"A.. A... A.. A....."
Apa, ayo, penyihir gagap ayo bilang! Apa!
"A.... A... A....."
Para penonton mulai mendelikkan matanya, menunggu Sonia yang sudaah memasang kuda kuda dan mengacungkan telunjuknya tapi dengan gagap berusaha keras mengeluarkan kata katanya.
"Apa... maksudku, APAA?! DIMANA PUTRIKU?! APA DIA KABUR? SIALAN!"
Ohh Tuhan, mana Popmie nya? Cepat, beri dia Pop mie!
Astaga, rasanya jadi pengarah dialog memang benar benar mengerikan!
"Oh, gawat! Penyihir itu mengejarku! Oh tidakk!!"
Akting yang luarbisa!
Novi berhasil menangis sambil berlari!
Novi dengan indahnya melompat lompat sambil menangis tersedu2, membuat semua orang terjatuh dari kursinya akibat gempa hebat hasil pertemuan kakinya dengan lantai.
Astaga.
Semoga tidak ada hal yang lebih buruk lagi terjadi setelah ini!
*****
"Tolong dia! Cepat tolong dia!"
"Turunkan layarnya! Cepat!"
Disela derai tawa keras penonton, aku beserta semua kru dan pemain drama segera menurunkan layar, kemudian bergerak cepat mengevakuasi Novi yang terjatuh dari tangga istana dan jatuh hingga menghancurkan lantai kayu panggung membuat tubuhnya terjepit dengan kepala di bawah, separuh tubuhnya masuk menembus panggung.
"Gawat! Ga bisa dikeluarkan! Ardy! Telepon mobil derek! kita ga bisa narik dia dengan tangan kosong!"
Apa?!
mobil derek?
Dia bercanda?
Kenapa dia ga sekalian telepon kontraktor buat pasang Crane disini?
"Ga bisa! ga bisa dikeluarkan! Novi! Kamu baik baik aja?"
"Mana mungkin aku baik baik aja?! Gobl**! Cepetan keluarin aku! Sint***, dasar lantai Brengs** beraninya menjepit badan singsetku! Baj****!"
"..................................."
"....................................."
Semua orang terdiam.
Manis sekali bibir cewek satu ini?
Bahkan Gege pun lebih sopan daripada dia!
"Kita tutupi aja badannya pakai batu buatan di sana! Gimana?!"
Semua orang mengangguk setuju, tapi aku, mungkin satu satunya orang yang akal sehat untuk melanjutkan pentas kami masih berjalan, menolak dengan keras.
"Mana mungkin?! Kalau dia dibiarkan disini, siapa yang bakal jadi Putrinya?
Dan akhirnya akal sehat kembali,.
Semua orang kembali berpandangan dengan bingung.
Samar aku melihat para MC sibuk mengalihkan perhatian penonton dari kami.
"Wuw, dramanya asik sekali ya?! oke, supaya tambah asik kami jeda dulu deh, biar kalian tambah penasaran!"
Dibalas oleh teriakan penonton.
"Jangan! Cepet selesaikan siksaan ini! Kami sudah ga tahan lagi!"
"Ga tahan mau tau lanjutannya? Ada dehh!"
MC naif....
Aku yakin, bukan itu yang mereka maksud dengan ga tahan!
Tiba tiba Ditya menepukkan kedua tangannya, dan menatap kami semua.
"Kalau soal pengganti putri, ada satu orang! Yang aku yakin dia hapal semua dialognya!"
Kami semua mengerutkan kening.
Ditya mengedipkan sebelah matanya, kemudian melirik ke arahku.
Tidak.
Jangan!
TIDAKKK!
*******
"Pada suatu malam, penyihir licik akhirnya. menjebak putri, Penyihir itu membawa sebuah alat pintal, dan mengajak putri untuk mencobannya, agar jarinya tertusuk jarum!"
Aku menoleh ke kiri dan kananku, kemudian menatap gaun yang aku pakai.
Kenapa nasibku bisa begini jelek?!
Aku sudah 2 malam ga tidur buat bikin dialog drama ini, dan sekarang aku berperan jadi crossdresser!
"Yuji..! Psst! Ayo giliranmu!"
Ah?
Giliranku?!
Oke!
Aku pasti bisa!
gampang!
Ini adegan putri ditusuk jarinya pakai jarum, benar kan?!
Untunglah Novi sudah menyelesaikan sampai disini, jadi aku tinggal berperan sedikit!
Oke, Itu, jarumnya disana, aku tinggal sentuh terus pura pura jatuh!
Aku bergegas berlari, memaasuki panggung.
"Uooohh!"
Aku melirik ke arah panggung, semua orang tampak melongo menatapku
Ada apa?
Apa kumisku ga kucukur?
Ah, aku ga punya kumis!
"PUTRII PUTRIII!!!!!"
Mendadak sekumpulan kakak kelas melolong ke arahku, sambil mengibaskan tangannya.
Luarbiasa, populasi cowok homo di sekolah ini semakin lama semakin bertambah!
"Oh... Apakah itu! Aku belum pernah melihat benda itu!"
Oke! Sip! Dialogku sukses, sekarang aku tinggal menyentuh jarumnya.
"Yujii! Stop! Jangan berlari! tunggu! penyihirnya harus selesaikan dialognya! Astaga!"
Tapi terlambat.
Aku berlari bagaikan angin, sambil menghunjukk ke arah jarum, dan
JRASH!
Jarum itu sukses menempel dalam di tanganku.
Aku segera terhuyung, mengangkat gumpalan benang dengan jarum masih menempel di tanganku.
"SAKIT! AHH! Eh, maksudku.... Ahh, Aduh....."
Aku bergerak terhuyung dan terjatuh ke lantai.
Aku membuka sebelah mataku, dan bisa melihat Ibu Yuni menepuk dahinya melihat aktingku.
Well, mau gimana lagi?
Ini dadakan!
Aduh, tanganku, ngilu!
*****
"Akhirnya pangeran yang terus berusaha mencari putri sampai pada istana yang gelap dan penuh ditumbuhi rumput."
Suara sendu Bu Yuni masih terus bergaung di drama 45 menit yang terasa bagikan setahun setelah aku bermain jadi putri tidur.
Aku melirik ke naskah drama, karena saat ini aku merangkap sebagai putri tidur sekaligus direktur dialog.
Perlahan Marco masuk dari sisi seberang panggung, dan berjalan dengan gagah.
"Putri dimanakah engkau, apakah engkau berada disini wahai putriku yang cantik jelitaa?Ah, baru besar apa ini? Sialan!"
"MMpphh"
Semua orang di belakang panggung hanya saling berpandangan saat Marco menendang bongkahan batu buatan yang berisi Novi yang terjepit di dalamnya.
Aku yakin aku ga menulis bagian itu di naskah drama.
Baguslah
Ternyata Marco pandai berimprovisasi dengan properti yang ada.
"BATU SIALAN! DASAR SAMPAH! BATU SIAL!"
Teriak Marco sambil terus menendang batu itu dengan kedua kakinya.
Oke.
Untuk improvisasi itu sudah terlalu berlebihan!
Apa dia cuma melakukan itu untuk menyiksa Novi yang terjepit di dalam ya?
"Psst! Marco! Kembali ke skript! Ini bukan OVJ!"
Aku berbisik mengingatkannya, tepat pada saat penyihir culun Sonia masuk.
Ia menaikkan kacamata culunnya, kemudian menunjuk pada Marco.
"Siapa kau! Apa yang kau lakukan disini! Tidakkah kau tahu kalau di sini adalah istana ku?! Aku akan mem...."
Sonia terdiam.
"Mmmm......."
Sekali lagi aku menepuk dahiku.
"Psst, Sonia! Bunuh! Bunuh!"
"Mmm.. Bunuh? Oia! Aku akan Meeem buuu nuuuuh muuu! Hiaahahahahahaha!"
Marco melengos, kemudian menarik pedangnya.
"Kalau begitu aku akan menghadapimu! Penyihir culun!"
Penyihir Culun?
Seingatku aku menulis penyihir jahat.
Marco menarik pedangnya, dan dalam prosesnya ia dengan sengaja menendang batu yang berisi Novi di dalamnya.
Sebegitu bencinya ya dia sama Novi?
Marco dan Sonia saling berpandangan, mereka memasang kuda kuda bak pesilat jaman majapahit akan bertarung, dan berputar mengelilingi panggung.
"BRUK!"
"Aww! Oh, aaa...!"
Semua orang kembali membelalak, saat Sonia terjatuh dari panggung ke depan kursi penonton.
Aku dengan cepat memberikan kode pada Ibu Yuni.
"Dan akhirnya penyihirpun dikalahkan..."
"Hah? Kalah? Aku belum ngapa ngapain! Yujii!"
"SSStttt!"
Aku memberikan kode pada Marco untuk menutup mulutnya, sementara para penonton kembali tertawa riuh.
Sonia sudah berhasil berdiri kembali, dan tampaknya dia meminta maaf pada semua orang.
Astaga.
Drama ini ga bakal lebih kacau lagi!
*****
"Oh, putri, akhirnya aku menemukanmu kembali, tapi mengapa engkau menutup matamu? Tak maukah kau menatapku?"
Marco berjalan mendekatiku yang berbaring di dalam sebuah peti kayu beralaskan mawar kertas yang kemarin sampai tengah malam aku dan Sonia kerjakan setelah Marco dengan bodohnya membeli karangan bunga "Selamat dan Sukses" untuk alas peti putri tidurnya.
"Putri, apakah penyihir kejam itu telah membuatmu menutup matamu? Putriku, bukalah matamu...."
Aku mual mendengar dialognya.
Ck andaikan bukan aku yang membuat, pasti aku sudah menghinanya habis habisan
Dari mataku yang sedikit terbuka, aku bisa melihat Marco mendekat, dan ia meletakkan kedua tangannya di sisi peti itu.
"Putri, izinkanlah aku menciummu, semoga ciuman tulus ini bisa kau rasakan, dan membuatmu membuka matamu...."
Aku menutup mataku saat Marco mendekati wajahku.
Oke.
Satu ciuman palsu kecil, dan aku bangun, dan drama ini selesai.
Aku menunggu dengan tidak sabar.
Kenapa lama sekali?
Samar aku merasakan sapuan nafas hangat di wajahku.
Apa dia sudah cukup dekat?
Apa aku harus bangun sekarang?
Oke aku buka mataku sekarang.
"Mmmfhh...."
Tepat saat aku membuka mataku, Marco mengantupkan bibirnya di bibirku, membuatku melotot kaget sambil menatapnya.
Ia memejamkan kedua matanya dan melumat kedua bibirku.
"M... Marco... Mffhh..."
Marco melumat bibirku, dan tepat saat aku membuka mulutku untuk memanggilnya, ia memasukkan lidahnya, dan menjelajahi seisi mulutku.
Marco!
Ini berlebihan!
Tapi lagi drama!
Aku ga bisa mendorongnya dan melemparnya, karena itu pasti akan membuat drama(baca:lawak) ini tambah kacau!
"Mffh, mar.. Ahh, Mmhh....."
Marco menggigit lembut bibirku, kemudian menarik lidahku ke mulutnya, dan mendorong wajahnya semakin dalam.
Wajahku panas.
Wajahku....
Dadaku berdegup kencang
Tubuhku terasa aneh.
Panas, dan aneh.
Perasaan apa ini.
"Ufhh..."
Marco memegang kedua tanganku, dan mendorong wajahku, kemudian mencumbuku semakin hebat.
"Hmmmhhh....."
Setelah beberapa lama ia melumat bibirku, Marco akhirnya melepaskannya, dan menatap mataku dengan pandangan sayu.
Apa yang harus....
Oh!
Kembali ke naskah!
Aku segera duduk dengan wajah memerah, dan berusaha menghapal nasakahku.
Sunyi...
Apa yang terjadi?
Kuedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan, semua orang tampak tertegun, beberapa terpana, menatap ke arah kami.
Apa?
Mana mungkin mereka melihat adegan ciuman itu?
Peti ini terlalu tinggi dan tidak mungkin bisa dilihat dari kursi penonton
Sedangkan jarak kami juga terlalu jauh dari penonton untuk membuat suara desahan dan decapan terdengar.
Jadi, kenapa mereka menatap kami dengan pandangan begitu?
Aku melihat ke belakang panggung, dimana Benny tampak memeluk Gege yang terisak sambil menepuk nepuk punggungnya, sementara Janto menggigiti jarinya dengan gugup sambil melihat ke arah kami.
Ada apa?!
Aku melirik ke arah Sonia.
Dia memberikan kode padaku dengan menunjuk ke dadanya, kemudian ke arahku.
Aku melihat ke dadaku.
Sebuah mikrofon wireless terkait di kerah gaunku.
Aku berpandangan dengan Marco, yang juga baru menyadari adanya mic wireless di kerah pakaian pangerannya.
"..................................."
"..................................."
Tolong, bunuh aku.
Sekarang!
kurannggg....!
#ga tau diri
ayo dtunggu lanjutannya
ditendang2 doang ga ampe mentall
omaygaaayyyyyyy!!!!!!!!!!!
X_X X_X X_X
wkwkwkwk
Ahahaha ngakak deh pas bagian nyiksa novi wkwk makin seru apalagi pas adegan ciumannya haha
Brarti satu ruangan denger dong ciuman syahdu mereka...
Oh, Marco bersiaplah menerima kematianmu..
Dhuagagagaga....