BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tuangkan Isi Hatimu Saat Ini [NEW]

16456466486506516432

Comments

  • Radang euy
  • Banyak orang menunggu musim
    liburan sekolah, termasuk aku. Ada
    yang mau ngajak aku liburan nggak
    nih? Ah, Bayu… Pengemis banget
    sih lo! Kalau mau liburan, sendiri
    juga nggak apa-apa kan? Awalnya
    aku mau ikut liburan sama temen-
    temen tapi karena aku telat
    konfirmasi keikut sertaan
    rombongan akhirnya aku nggak jadi
    deh ikut mereka. Huft!!! Pokoknya
    sendiri atau nggak aku harus tetap
    liburan. Jadilah aku liburan ke
    pulau Dewata sendirian. Aku
    berangkat menuju bandara di
    kotaku dan butuh waktu lebih dari
    sejam perjalanan udara sebelum
    pesawatku mendarat di pulau seribu pura.
    Kota Denpasar memang masih asing bagiku
    karena memang baru pertama kali aku
    menginjakan kaki dipulau ini. Biaya berliburku
    kali ini juga didapat dari Pak Nikki, Mas Arif dan
    Bang Dayat plus uang jajan dari orang tuaku. Enak
    bukan punya pacar-pacar yang baik and mapan…
    Hehehe…
    Aku menuju daerah Kuta menggunakan mobil
    carteran. Ketika sudah sampai disana, aku
    kebingungan untuk mengambil arah mana yang
    harus aku ambil agar sampai kesalah satu
    penginapan murah yang pas buat kantongku.
    Untunglah aku lihat ada Polisi Khusus yang bisa
    aku mintai keterangan. Para polisi gagah dan
    cantik menggunakan dasi merah itu terlihat ramah
    melayani pertanyaan para turis seperti aku. Aku
    dekati salah seorang polisi untuk meminta
    informasi.
    “Permisi Pak. Bisa bantu saya?”.
    Polisi itu pun balik badan dan menoleh
    kearahku. Ya ampun, hampir saja aku ambruk
    karena pingsan melihat kegagahan polisi itu.
    Wajahnya sangat jantan dengan kumis yang agak
    tebal dan alis yang tajam. Wajahnya terlihat
    seperti orang Jawa banget. Tertulis nama Gunawan
    Triatno didada kanannya. Dia mengenakan topi
    koboi khusus Bali Tourist Police. Dadanya tampak
    menonjol dan otot lenganya terlihat besar dibalik
    baju lengan panjangnya.
    “Ada yang bisa saya bantu, dek?”.
    “Oh.. iya Pak. Saya mau tanya, disini kalau mau
    penginapan yang murahan dikit kearah mana
    ya?”, tanyaku sambil gugup dan gemetarn akibat
    menatap wajah tampannya.
    Dia merekomendasikan beberapa penginapan
    murah untukku. Aku merasa sangat terbantu
    olehnya dan entah mengapa dia juga bersedia
    mengantarkanku menuju salah satu penginapan
    murah yang dia maksud. Setelah sampai, aku
    berterimakasih padanya.
    Keesokan harinya, aku kembali bertemu Pak
    Gunawan dimobil Polisi turis. Kami terlibat
    pembicaraan ringan dan malamnya aku ajak dia
    menemaniku untuk makan malam tetapi anehnya
    lagi dia tidak menolak tawaranku. Pucuk dicinta
    ulam pun tiba, di acara makan malam itu kami
    sempat bertukar nomor hape dan bercerita
    mengenai hal pribadi. Ternyata Pak Gunawan
    telah memiliki seorang istri dan seorang anak laki-
    laki berusia 8 tahun.Pak Gunawan adalah seorang
    Briptu berusia 34 tahun. Tingginya sekitar 175 cm
    dan beratnya ideal karena dia menjaga badannya
    agar terlihat berotot.
    Andaikan aku punya kesempatan untuk
    mencicipi pejuh pak Gunawan. Pikiranku
    melayang jauh sambil terus memandangi wajah
    gagahnya. Sadar Bay! Kamu nggak mau kan kalau
    sampai ngaceng sia-sia di tengah orang banyak?
    Aku membuyarkan lamunanku.
    Keesokan harinya aku sedang duduk di dekat
    sebuah pohon untuk menunggu kendaraan yang
    akan membawaku ke Ubud.
    "Halo Bay, lagi nunggu taksi ya?" Tanya si
    pengendara mobil Xenia itu yang ternyata adalah
    Pak Gunawan si POLISI Pariwisata Bali pujaanku.
    "Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat
    tugas?" tanyaku spontan.
    "Iya nih! saya habis nginap di tempat saudara,
    takutnya telat. Kalo mau ke kantor, ayo ikut Bapak
    saja" ajak Pak Gunawan.
    Karena Aku sudah kenal dekat dengan Pak
    Gunawan akhirnya aku mau juga nebeng Pak
    Gunawan walaupun aku sebenarnya harus
    membatalkan rencanaku pergi ke Ubud. Tapi
    disitulah awal bencana bagiku (Kenikmatan
    kaleeee).
    "Bayu, nggak keberatan kan kalau kita mampir
    dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat
    ada beberapa barang saya yang tertinggal di
    sana?" Pak Gunawan sepertinya membuat alasan.
    "Iya Pak.. Gak papa kok… Santai aja", aku
    senyum padanya.
    Pak Gunawan mempercepat laju mobilnya
    sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di
    pedesaan yang jarang terjamah orang.
    Sesampainya disitu aku ditarik dengan paksa
    masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah
    ada Bripda Wayan (24), Briptu Made (25) yang
    sepertinya merupakan rekan kerja pak Gunawan.
    Di pojok rumah itu ternyata juga sudah menanti
    dua orang Polisi lain yaitu Bli Putu (29) dan bli
    Agung (27). Mereka semua tampaknya sudah
    menunggu sejak lama saat-saat seperti ini.
    "Halo Bayu, sudah ditunggu dari tadi lho?", seru
    bli Putu.
    "Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak
    lakukan disini?", aku mulai kebingungan.
    Aku berusaha jual mahal dengan menjerit
    karena mulai digerayangi oleh para polisi
    berseragam lengkap.
    "Lepasin! Jangan coba-coba sentuh saya ya!".
    "Diam, kamu! Mau selamat nggak? Berani
    melawan POLISI yah", kata Bli Agung.
    Aku mencoba melawan dengan memukuli dan
    menendang polisi itu. Tapi aku kalah setelah
    dihantam perutku oleh bli Wayan yang gagah, dan
    di gampar pipiku berkali-kali sampai aku lemas
    hingga merah dan bibirku berdarah. Aku hanya
    bisa meringis kesakitan. Aduh… Polisi-polisi ini
    kejam dan sadis banget ya…
    "Nah sekarang emut dan hisep Kontol saya,
    Kontol Pak Gunawan, Kontol Agung, kontol Made
    dan kontol Putu. Yang kenceng nyedotnya, kalo
    nggak saya obrak-abrik anus kamu biar jebol,
    Mau?", Karena ketakutan akhirnya aku mengulum
    Kontol para Polisi itu.
    Aku menyedot Kontol polisi-polisi itu satu-
    persatu dengan bibirku yang merah dan mulutku
    yang mungil, sambil tanganku menggenggam
    Kontol para Bapak Polisi sambil mengocok-
    ngocoknya.
    "Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti,
    telen pejuhnya biar kamu tambah enak.. Uhhhh..
    Bapak suka kamu Bay..", seru Pak Gunawan.
    "Mmmphh, slerrpp, mmhh". Dengan terpaksa
    aku menghisap Kontol-Kontol mereka sampai
    mereka semua berkelojotan. Aku memang ingin
    menikmati kontol pak Gunawan namun karena
    perlakuan mereka seperti ini aku mulai takut dan
    terpaksa melayani kontol-kontol mereka.
    "Gila, nih cowok nyepongnya mantep banget,
    kamu pasti sudah sering nyepongin Kontol pria
    yah? Ahahaha....", kata bli Agung.
    Satu persatu para Polisi gagah itu
    menyemburkan sperma mereka ke dalam mulutku
    hingga mengalir ke tenggorokanku. Walaupun aku
    hampir muntah namun mereka memaksaku untuk
    menelan pejuh kelima Polisi tersebut. Aku masih
    tak percaya bisa mengoral kontol para polisi gagah
    dan berotot ini. Wajahku mulai terlihat kewalahan
    lagi, mungkin karena mabuk pejuh dan merasakan
    mual pada perutku. Setelah mereka puas
    memperkosa mulutku ternyata mereka langsung
    menelanjangiku. Bli Made memegang kedua
    tanganku, Bli Wayan memelorotkan celana jeans-
    ku, Bli Putu merobek baju dan singletku.
    "Nih cowok homo badannya manis banget, imut
    lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh,
    lembut banget". Pak Wayan mengomentari
    putingku, sambil mulai menarik-narik putingku.
    Dalam sekejap aku sudah dalam keadaan tanpa
    busana.
    "Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke
    polisi", ancamku sambil teriak.
    "Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu
    persiapkan diri kamu untuk menerima latihan
    khusus", Seru bli Made sambil menjambak
    rambutku.
    Aku sekarang hanya mengenakan celana dalam
    putih saja. Ketika bli Made hendak beraksi tiba-
    tiba Pak Gunawan protes, "karena saya yang dapat
    Bayu ini maka saya duluan yang nusuknya."
    Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya
    tubuhku menjadi tengkurap, kedua tanganku yang
    ditarik kebelakang menempel dipunggung
    sementara dada dan wajahku menyentuh kasur.
    Kedua tangan kasar Pak Gunawan itu kini
    mengelus ngelus bagian pantatku, dirasakan
    olehnya pantatku yang padat. Sesekali tangannya
    menampar pantatku dengan keras, bagai seorang
    bapak yang tengah menyabet pantat anaknya yang
    nakal "Plak, Plak, Plak!!".
    "Wah bagus sekali pantat kamu Bay, kenyal, gila
    nih Gung, paha cowok satu ini manis amat.
    Putihnyaaaaa.. ya ampun, banyak bulu-bulu
    halusnya lagi di lobangnya" ujar Pak Gunawan
    sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit
    pantatku sambil sesekali mencabuti bulu-bulu
    disekitar lubang anusku.
    aku mengaduh kesakitan.
    "Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat seenak
    ini, seperti pantat cewek aja", kata pak Gunawan
    lagi. "Hotnyaaaaaaaaa, ya ampun, mulus, kenyal
    lagi" sambil memijat pantatku yang memerah
    karena tamparan tangan Pak Gunawan.
    Bli Putu lalu menjilati dan menggigiti
    bongkahan pantatku.
    "Aakhh, Pak, jangan sentuh pantatku!", aku
    membentak mereka.
    "Plakk" sebuah tamparan sangat keras ke
    pipiku.
    "Diam kamu, lonte homo! Mau saya rontokin
    gigi putih kamu!!", bli Putu balas membentak.
    Aku hanya diam pasrah, sementara tangisanku
    mulai terdengar. Tangisku terdengar semakin
    keras ketika tangan kanan Pak Gunawan secara
    perlahan-lahan mengusap kakiku mulai dari betis
    naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha
    mulusku dan akhirnya menyusup masuk kedalam
    CD hingga menyentuh kebagian lobang pantatku.
    "Jangan Paaaaakkk! Saya mohon", aku memelas
    ketakutan.
    Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
    kanan Pak Gunawan, yaitu jari tengahnya
    menyusup masuk kecelana dalamku dan langsung
    menyentuh lubang anusku. Kontan saja hal ini
    membuat badanku agak menggeliat, aku mulai
    sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak
    Gunawan tadi langsung menusuk liang anusku.
    "Egghhmm, oohh, shitt, shitt", aku menjerit
    badanku mengejang tatkala jari tengah Pak
    Gunawanan masuk ke liang anusku.
    Badanku pun langsung menggeliat-geliat seperti
    cacing kepanasan, ketika Pak Gunawan
    memainkan jarinya itu didalam anusku. Nafasku
    terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
    Dengan tersenyum terus dikorek-koreknya liang
    anusku, sementara itu badanku menggeliat-geliat
    jadinya, mataku merem-melek, mulutku
    mengeluarkan rintihan-rintihan. Pak Gunawan
    menciumi bibir anusku sambil sesekali
    memasukkan lidahnya kedalam lubang anusku,
    kepala Pak Gunawan menghilang di antara belahan
    pantatku sambil kedua tangannya meremas-remas
    pipi pantatku. Sementara Pak Putu meremas dada
    kananku, dan mulutnya menggigit puttingku
    satunya lagi. Aku sekarang sudah telentang dengan
    kaki diangkat keatas.
    "Pak Gunawan, Putting cowok kesayanganmu
    ini gurih sekali, lembut lagi". Bli Putu asyik
    menyantap putingku.
    "Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit,
    paa..ak".
    Aku terus mengerang kesakitan pada kedua
    putingku dan kenikmatan pada anusku. Setelah
    beberapa menit lamanya, Pak Gunawan kemudian
    mencabut jarinya.
    Melihat aku yang meronta-ronta, Pak Gunawan
    semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan
    Kontolnya ke dalam lubangku yang masih enak itu.
    Walaupun anusku sudah basah oleh air liur Pak
    Gunawan namun Pak Gunawan masih merasakan
    kesulitan saat memasukkan Kontolnya, karena
    anusku masih terlalu kecil untuk ukuran
    kontolnya. Aku hanya dapat menangis dan
    berteriak kesakitan. Lalu dengan ngacengnya Pak
    Gunawan memasukkan batang Kontolnya lagi.
    "Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk..
    ammpuu..uunn", terdengar suara erangan
    kesakitan keluar dari mulutku.
    Aku mulai menangis sambil mendesah
    menikmati Kontol Pak Gunawan yang mengaduk-
    aduk liang pembuanganku. Raut wajahku
    menahan sakit luar biasa pada anusku.
    Aku sekarang lebih terdengar suara tertahan
    ketika Kontol pak Gunawan disodok-sodokkan ke
    lubang anusku.
    "Awwwwww... oh uhhhh......jangan, uh, duh
    Pakk, ampunn Paaaaaaaaaakkk!!".
    Sungguh mengasyikan melihat expresiku yang
    merem-merem sambil menggigit bibir bawah. Pak
    Gunawan terus menggenjot anusku. Menit-
    menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan
    sekuat tenaga Pak Gunawan terus menggenjot
    tubuhku, aku semakin kepayahan karena sekian
    lamanya Pak Gunawan menggenjot tubuhku. Rasa
    pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan
    dan rintihanpun kini melemah, mataku mulai
    setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja
    yang terlihat, sementara itu bibirku menganga
    mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah,
    "Ahh, ahh, oouuhh".
    Lalu Pak Gunawan memposisikan tubuhku
    menungging. Pantatku sekarang terlihat kokoh
    menantang, ditopang pahaku yang putih dan
    tegak. Pak Gunawan memasukkan Kontol besarnya
    yang berpanjang 18 cm ke liang pembuanganku
    hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya
    lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga
    dihujamkannya benda panjang itu ke dalam
    rongga anusku hingga membuatku tersentak kaget
    dan kesakitan sampai mataku membelalak disertai
    teriakan panjang.
    "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......
    Paaaaaakkkkk!!!! Tidaaaaaaaaakkkk!!!".
    Kedua tangan Pak Gunawan memegang pantatku,
    sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang
    berirama. Sesekali tangan Pak Gunawan mengelus-
    elus pantatku. Beberapa menit kemudian, Pak
    Gunawan kembali mempercepat goyangan
    pinggulnya, kemudian dia menarik kedua
    tanganku. Jadi sekarang persis seperti
    menunggangi kuda lumping, kedua tanganku
    dipegang dari belakang sedangkan pantatnya
    digoyang seirama sodokan Kontol Pak Gunawan.
    Wajahku menghadap keatas dengan mulut
    menganga mengerang kesakitan. Melihat
    keadaanku seperti itu, pak Gunawan semakin
    bersemangat mengebor liang anusku.
    "Anjingg, bangsaatt, anus, kamu, Bayu
    ngentoott, bapak entotin kamu".
    Pak Gunawan merancau tak jelas. Dan akhirnya
    Pak Gunawan pun sampai kepuncak paling nikmat
    menikmati anusku, kontolnya menyemburkan
    pejuh kental yang luar biasa banyaknya
    memenuhi lubang anusku.
    "Aa, aakkhh, oohh", sambil mengejan Pak
    Gunawan melolong panjang bak serigala, tubuhnya
    mengeras, mengejang dan bergetar dengan kepala
    menengadah keatas.
    "Aoohh, oouuhh, Polisi bangsat kamuuuuuuu
    pakkk!!".
    Aku mengumpat sambil mendesah, tubuhku
    mengejang merasakan cairan pejuh Pak Gunawan
    membanjiri anusku. Puas sudah dia
    menyetubuhiku, rasa puasnya berlipat-lipat baik
    itu puas karena telah mencapai klimaks dalam
    seksnya, puas dalam menyetubuhiku dan puas
    dalam merojok anusku.
    aku menyambutnya dengan mata yang secara
    tiba-tiba terbelalak, aku sadar bahwa polisi tiu
    telah berejakulasi karena dirasakannya ada
    cairan-cairan hangat yang menyembur
    membanjiri lubang anusku. Cairan kental hangat
    itu memenuhi liang anusku sampai sampai
    meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur.
    Setelah itu Bli Agung maju untuk mengambil
    giliran. Kali ini bli Agung mengangkat kedua
    kakiku ke atas pundaknya, dan kemudian dengan
    tidak sabar dia segera menancapkan Kontolnya
    yang sudah tegang ke dalam anusku. Bli Agung
    masih mengalami kesulitan saat memasukkan
    Kontolnya, meskipun anusku kini sudah licin oleh
    pejuh Pak Gunawan.
    Kembali lubang duburku diperkosa secara brutal
    oleh Bli Agung, dan aku lagi-lagi hanya dapat
    berteriak kesakitan.
    "Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh,
    keparaatttt.. ahhhhh", teriakku.
    Namun kali ini aku tidak berontak lagi, karena
    aku pikir itu hanya akan membuat polisi itu
    semakin bernafsu saja. Sementara itu bli Agung
    terus memompa anusku dengan cepat sambil satu
    tangannya menarik-narik putingku dan tidak lama
    kemudian dia mencapai puncaknya dan
    mengeluarkan seluruh pejuh nya di dalam anusku.
    "Ooohh, makan nih pejuh polisi. Kamu suka
    kan?? Ahhhhhh… ohhhhhh!!".
    Aku hanya dapat meringis kesakitan, tubuhku
    telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun
    tangan dan kakiku sudah tidak dipegangi lagi. Aku
    dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke
    dalam anusku. Sebagian pejuh bli Agung mengalir
    lagi keluar dari anusku.
    "Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh", aku
    menjerit dengan tubuhku yang mengejang ketika
    bli Putu mulai menanamkan batang kemaluannya
    didalam liang anusku.
    Mataku terbelalak menahan rasa sakit anusku,
    tubuhku menggeliat-geliat sementara bli Putu terus
    berusaha menancapkan seluruh batang kontolnya.
    Memang agak sulit selain meskipun sudah
    dimasuki dua Kontol tadi, aku masih agak tegang
    sehingga anusku masih sangat sempit.
    Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Bli Putu
    berhasil menanamkan seluruh batang kontolnya
    didalam anusku. Tubuhku berguncang-guncang
    merasakan sakit dan pedih tak terkirakan di
    duburku. Aku pun terus memohon kepada Bli Putu
    agar mau melepaskannya.
    "Ahh, rasain kamu, akhirnya aku bisa juga
    ngerasain jepitan anus kamu sayang", bisiknya
    ketelingaku.
    "Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn",
    rintihku dengan suara yang megap-megap.
    Jelas bli Putu tidak perduli. Dia malahan
    langsung menggenjot tubuhnya memompakan
    batang kemaluannya keluar masuk duburku.
    "Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh", aku merintih-
    rintih, disaat tubuhku digenjot Oleh bli Putu,
    badanku pun semakin menggeliat-geliat.
    Otot-otot dinding anusku kuat mengurut-urut
    batang kemaluan bli Putu yang tertanam
    didalamnya, karenanya bli Putu merasa semakin
    nikmat. Sambil memukuli pantatku dengan
    tangannya, berharap agar anusku mencengkram
    Kontolnya dengan lebih erat karena lobang anusku
    mulai semakin mengendur.
    Tiba-tiba bli Putu mencabut Kontolnya dan dia
    duduk di atas dadaku. Bli Putu mengocok-ngocok
    kontolnya dengan kuat, sampai akhirnya dia
    memuncratkan pejuhnya ke arah wajahku. Aku
    gelagapan karena pejuh bli Putu mengenai bibir
    dan juga mataku. Setelah itu bli Putu masih sempat
    membersihkan sisa pejuh yang menempel di
    Kontolnya dengan mengoleskan Kontolnya ke
    bibirku.
    Selanjutnya dua orang, Bli Wayan dan Bli Made
    maju. Mereka kini menyuruhku untuk mengambil
    posisi seperti merangkak. Kemudian bli Wayan
    berlutut di belakang pantatku dan mulai mencoba
    memasukkan Kontolnya ke lubang anusku.
    "Gila nih cowok, pantatnya mantap bener,
    hangat lagi, lihat nih bro paha si Bayu. Mulus dan
    putih banget. Bener kata Pak Gunawan" Kata Bli
    Wayan.
    "Ampuunn Pakkkk, jangan sodomi saya lagi…
    paakk, saya mohoonn… sakit…".
    Membayangkan kesakitan itu, aku mencoba
    untuk berdiri, tetapi kepalaku dipegang oleh bli
    Made yang segera mendorong wajahku ke arah
    Kontolnya. Kini aku dipaksa mengulum dan
    menjilat Kontol bli Made. Kontol bli Made yang
    tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam
    mulutku.Sementara itu, bli Wayan masih berusaha
    menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang
    anusku.
    "Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk.. udah
    pakk…..!!!"
    Sesekali bli Wayan menampar pantatku dengan
    keras, sehingga aku merasa panas.
    "Gila nih anak laki, bokongnya mantap banget
    dan lobangnya kecil banget" Kemudian bli Wayan
    menjilati lubang anusku.
    Aku merasakan sensasi aneh yang tidak pernah
    aku rasakan sebelumnya saat lidah polisi Wayan
    menjilati lubang anusku yang sudah berlumuran
    pejuh. Ia berada dibelakangku dengan posisi
    menghadap punggungku.
    Ketika lobang pantatku sudah terbuka, bli
    Wayan merentangkan kedua kakiku selebar bahu,
    dan..
    "Aaakkhh.", aku kembali melolong panjang,
    badanku mengejang dan terangkat dari tempat
    tidur disaat bli Wayan menanamkan batang
    kemaluannya didalam lobang anusku. Rasa sakit
    tiada tara kembali dirasakan didaerah anusku,
    dengan tidak perlu bersusah payah bli Wayan
    berhasil menanamkan batang kemaluannya
    didalam lobang anusku, meskipun baru masuk
    setengahnya. Setelah itu tubuhku kembali disodok-
    sodok.
    Tidak lama kemudian aku kembali menjerit
    kesakitan. Rupanya anusku sudah jebol oleh Kontol
    bli Wayan yang gede banget yang berhasil masuk
    seluruhnya dengan paksa. Kini bli Wayan
    memperkosa anusku perlahan-lahan, karena
    lubang anusku masih sangat sakit. Ketika bli
    wayan menarik Kontolnya, bibir anusku terasa
    ikut tertarik sehingga agak monyong keluar. Lalu
    bli Wayan menyodokkan lagi Kontolnya, sehingga
    kini anusku mengempot.
    "Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu,
    nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt… ooohhhhh".
    Aku menjerit keras sekali, aku merasakan rasa
    sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakan.
    Bli Wayan merasakan kesakitan sekaligus
    kenikmatan yang luar biasa saat Kontolnya dijepit
    oleh anusku. Bli Wayan merasa Kontolnya lecet
    didalam duburku. Kenikmatan yang terus-menerus
    dirasakannya ketika menunggangi pantatku. Tak
    terbayang bagaimana wajah Bang Wando, jika
    menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi
    yang dialami pacarnya. Pacar yang selalu bisa
    menyenangkannya, sekarang tubuhnya sedang
    menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi
    oleh Oknum-oknum Polisi sepertinya. Aku yakin
    bang Wando pasti langsung menonjok ampe babak
    belur para polisi bejat ini. Bang Wando… Tolong
    Bayu…
    Seperempat jam lamanya bli Wayan
    menyodomiku, waktu yang lama bagi aku yang
    semakin tersiksa.
    "Eegghh, aakkhh, oohh…ohhh…".
    Dengan mata merem-melek serta tubuh
    tersodok-sodok, aku merintih-rintih. Saat aku
    berteriak, kembali bli Made mendorong Kontolnya
    ke dalam mulutku, sehingga kini aku hanya dapat
    mengeluarkan suara erangan yang tertahan,
    karena mulutku penuh oleh Kontol bli Made.
    Tubuhku terdorong kedepan dan kebelakang
    mengikuti gerakan Kontol di anus dan mulutku.
    aku berteriak-teriak kesakitan.
    "Ahhhhhhhhhh..... Ooooooo... Ampoooon pak..
    ampun pak Polisiiii!!!!"
    Keadaan ini berlangsung 35 menit sampai
    akhirnya bli Wayan dan bli Made mencapai
    puncak secara bersamaan. Bli Wayan yang sudah
    tidak tahan karena seret dan panasnya liang
    pantatku menyemburkan pejuhnya di dalam
    anusku, aku sekarang semakin merasakan perih
    pada anusku yang semakin lecet dan tersiram
    pejuh bli Wayan. Dan bli Made menyemburkan
    pejuhnya di dalam mulutku. Aku terpaksa menelan
    semua pejuh bli Made agar aku masih dapat
    bernafas. Aku hampir muntah merasakan pejuh itu
    masuk ke dalam kerongkonganku, namun tidak
    dapat karena Kontol bli Made masih berada di
    dalam mulutku. Aku biarkan saja Kontol bli Made
    berada di dalam mulutku untuk beberapa saat
    sampai bli Made menarik keluar Kontolnya dari
    mulutku. Plop! Sebagian sisi pejuh briptu Made
    yang tidak tertelan meluber keluar bercampur
    dengan air liurku.
    Kemudian bli Made memaksaku untuk
    membersihkan sisa pejuh Kontolnya dengan cara
    menjilatinya. Bripda Wayan juga masih
    membiarkan Kontolnya terbenam dalam anusku
    dan sesekali masih menggerak-gerakkan Kontolnya
    di dalam anusku, mencoba untuk merasakan
    kenikmatan yang lebih banyak. Aku dapat
    merasakan kehangatan pejuh di dalam lubang
    anusku yang secara perlahan mengalir keluar dari
    lubang anusku. Perih yang luar biasa dirasakan
    lubang duburku setelah kontol itu keluar..
    Setelah bli Wayan mencabut Kontolnya dari
    anusku, lalu bli Agung mengambil kursi dan duduk
    di atasnya. Dia menarikku mendekati dan
    mengangkat tubuh kecilku lalu memposisikan
    mengangkangi Kontolnya dan menghadap
    kearahnya. Bli Agung kemudian mengarahkan
    Kontolnya ke anusku, dan kemudian memaksaku
    untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga
    seluruh Kontol bli Agung langsung masuk ke
    dalam duburku.
    "Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu
    paakk.. pak.. ampuninnnn Bayu…", Aku
    mengerang kesakitan dan memohon iba dari polisi
    berbadan kekar dan berwajah tampan khas bali
    itu.
    Setelah itu, aku dipaksa bergerak naik turun.
    Sesekali bli Agung menyuruhku menghentikan
    gerakan untuk menahan orgasmenya. Bli Agung
    dapat merasakan duburku berdenyut-denyut
    seperti memijat Kontolnya, dan dia juga dapat
    merasakan kehangatan liang anusku yang sudah
    basah oleh pejuh-pejuh rekan-rekannya.
    Bli Agung masih belum puas. Dia memiringkan
    tubuhku lalu mengangkat kaki kananku ke
    bahunya dan mulai menyodok-nyodokan
    Kontolnya di anusku. Aku menahan sakit
    bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirku
    sendiri hingga lecet, wajahku yang sudah penuh
    air mata dan memar bekas tamparan itu tidak
    membuat iba para Polisi itu. Bli Agung tanpa kenal
    ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya
    dengan sepenuh tenaga. Bli Agung tidak dapat
    bertahan lama, karena dia sudah sangat
    terangsang sebelumnya ketika melihat aku
    diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia
    langsung memuncratkan spermanya kedalam
    anusku. Aku kembali merasakan kehangatan yang
    mengalir di dalam liang pembuanganku.
    Selanjutnya Pak Gunawan yang masih mau lagi
    yang mengambil giliran untuk memperkosaku. Dia
    menarikku dari pangkuan bli Agung, kemudian dia
    sendiri tidur telentang di lantai. Aku disuruh untuk
    berlutut dengan kaki mengangkang di atas Kontol
    pak Gunawan. Kemudian secara kasar pak
    Gunawan menarik pantatku turun, sehingga
    anusku langsung terhunjam oleh Kontol Pak
    Gunawan yang sudah berdiri keras.
    "Akkhh, aakkhh, oogghh,.. Pak.. sudah… anusku
    sakit banget pak…". teriakan memilukan keluar
    dari mulutku.
    Kontol pak Gunawan, yang jauh lebih besar
    daripada Kontol Polisi rekan-rekannya diruang ini
    memasuki anusku, masuk semuanya ke dalam
    anusku, membuat aku kembali merasakan
    kesakitan karena ada benda keras yang masuk
    jauh ke dalam duburku. Aku merasa dinding
    anusku dikoyak-koyak oleh Kontol Pak Gunawan.
    Pak Gunawan memaksa aku untuk terus
    menggerakkan pinggulku naik turun, sehingga
    Kontol Pak Gunawan dapat bergerak keluar masuk
    duburku dengan leluasa.
    Kemudian Pak Gunawan menarikku ke arah
    dadanya, sehingga kini dadaku berhimpit dengan
    dada berotot Pak Gunawan. Pak Gunawan benar-
    benar terangsang. Melihat posisi seperti itu, Bli
    Wayan melepas ikat pinggangnya dan mulai
    mencambuk punggung dan bongkahan pantatku
    beberapa kali.
    "Akkhh, aakhh, damn, shitt.. sakit Pak!", Aku
    kembali merasakan perih luar biasa pada
    punggung, pantat, dan pahaku.
    Cambukan bli Wayan sangat keras sehingga
    membuat garis lurus merah di kulit punggung
    pantat, dan pahaku.
    Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras,
    namun aku tetap merasakan perih dan panas di
    punggung dan pantatku, sehingga aku berhenti
    menggerakkan pinggul. Merasakan bahwa
    gerakanku terhenti, Pak Gunawan marah.
    Kemudian dia mencengkeram kedua belah
    pantatku dengan tangannya, dan memaksanya
    bergerak naik turun sampai akhirnya aku
    menggerakkan sendiri pantatku naik turun secara
    refleks. Pak Gunawan mencengkram pinggulku,
    lalu membuat goyangan memutar sehingga ia
    merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan
    mengeborku itu.
    "Oohh, sshh, shh… bapak suka anusmu Bay..
    Uhh… ohhhh", Pak Gunawan mendesah
    kenikmatan, sambil merasakan pantatku yang
    empuk basah menduduki selangkanganya.
    Ketika Pak Gunawan hampir mencapai klimaks,
    dia memelukku dan berguling, sehingga posisi
    kami kini bertukar, aku tidur di bawah dan Pak
    Gunawan di atasnya. Sambil mencium bibirku
    dengan sangat bernafsu, Pak Gunawan terus
    menggenjot anusku. Tidak lama kemudian gerakan
    Pak Gunawan terhenti. Pak Gunawan mencabut
    Kontolnya keluar dari duburku dan segera
    menyemprotkan spermanya di sekitar lubang
    anusku. Kemudian dia menarik tangan kananku
    dan memaksaku untuk meratakan sperma yang
    ada di sekitar anusku dengan tanganku sendiri.
    Setelah itu bli Putu yang tampan dan gagah itu
    mengambil giliran memperkosa anusku. Ia
    mengangkat kedua kakiku dan menyandarkannya
    diatas bahunya, bli Putu menempelkan kepala
    Kontolnya di mulut anusku. Dengan kasar bli Putu
    menyodokkan Kontolnya dengan keras kedalam
    liang duburku. Lalu ia mulai menggenjotnya.
    Hampir sepuluh menit bli Putu memompa duburku
    dengan kasar, membuat duburku semakin terasa
    lecet dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya,
    bli Putu mencabut Kontolnya dari duburku dan
    memaksa aku untuk membuka mulut lebar-lebar
    untuk menampung spermanya. Setelah itu, bli Putu
    memaksa aku untuk berkumur dengan spermanya
    dan kemudian menelannya. Semua polisi disitu
    tertawa senang melihat itu, sementara aku
    menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa
    karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini
    wajahku terlihat gelagapan oleh sperma milik Bli
    Putu.
    Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam
    hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para polisi
    kejam itu terhadap tubuhku. Kali ini aku tidak kuat
    lagi.
    Setelah lima polisi itu selesai memperkosaku
    untuk kesekian kalinya, aku akhirnya pingsan
    karena kecapaian dan karena kesakitan yang
    menyerang seluruh tubuhku terutama dianus. Aku
    telah diperkosa habis-habisan selama kurang lebih
    7 jam oleh polisi-polisi bejat itu. Dan semua
    kejadian itu direkam oleh pak Gunawan. Lebih-
    lebih ketika posisi kedua tanganku yang terikat
    digantung keatas. Bli Made menjilati dan
    menciumi ketiakku.
    "Mmuuahh, ketek kamu bagus banget sih,
    rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm".
    Liur bli Made membasahi ketiakku. Aku kembali
    disetubuhi dari satu arah tentu saja lubang anus.
    Aku kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakiku
    berusaha menendang-nendang ke segala arah,
    sambil sesekali seperti orang mengejan.
    "Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih,
    sakiitt, ouughh, aa, akh!!!"
    Aku terus berontak seperti orang kesetanan.
    Karena pantatku mulai mengering, Pak Made
    kembali membasahi pantatku dan batang
    Kontolnya sendiri dengan lotion agar licin. Bli
    Made menyodomiku untuk kesekian kalinya.
    Dilanjutkan dengan bli Wayan lagi, yang senang
    sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat seperti
    pantatku, ia semakin bernafsu menghancurkan
    anusku.
    Kemudian mereka kembali menelentangkan aku
    di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-
    bagian tubuhku yang bisa di gunakan untuk
    memuaskan kontol kontol mereka. Bli Agung
    memasukkan Kontolnya ke dalam mulutku, dan
    memaksa mengulumnya. Pak Gunawan
    menyarangkan Kontolnya ke dalam anusku, double
    penetratio, yang berdarah-darah. bli Putu
    melesakkan Kontolnya yang super besar dan
    panjang itu ke dalam lobang pantatku yang sudah
    dimasuki kontol pak Gunawan.
    Akhirnya aku yang sudah tidak kuatpun
    pingsan, dengan anus yang dalam keadaan lecet
    parah, dan terus mengeluarkan darah dan sisa
    sperma. Darah dan sperma berceceran dimana-
    mana. Sudah puas para polisi tersebut, mereka
    membersihkan diri lalu meninggalkan tubuhku
    yang bugil dan berlepotan darah dan sperma
    dalam keadaan pingsan.
    Setelah para polisi gila itu pergi aku tidak tahu
    apa-apa lagi. Aku pingsan dan tak berdaya.
    Walaupun liburanku dipulau Bali masih ada
    beberapa hari, aku memutuskan untuk mengurung
    diri dikamar dan tidak ingin keluar. Pak Gunawan
    beberapa kali meng-sms atau misscall ke hapeku
    namun tidak aku gubris karena aku terlanjur sakit
    dengan kelakuannya dan teman-temannya dua
    hari lalu. Aku pun pulang ke kotaku dengan
    trauma yang dalam dan sesampainya dirumah,
    ayah dan ibuku bingung melihat aku yang diam
    dan tampak melamun padahal aku habis liburan.
    Mungkinkah aku trauma untuk berlibur sendiri
    lagi? Tragis…..!!!
    Aku malas untuk mengingat-ingat tampang dan
    nama-nama para polisi periwisata itu namun
    setiap aku mendengar kata Bali, aku selalu ingat
    kelakuan mereka yang memperkosaku. Aku harus
    bagaimana???? Tolong aku teman-teman…
  • fanproject Sone Taiwan keren paraaahhhh T.T
  • Orang yg paling berbahaya adalah orang yg tidak takut kehilangan apa-apa. Hmmm, bisa jadi.
  • edited May 2016
    bulan ini kalo bisa jangan ada libur/bolos lagi, deh. soalnya Romadhon sudah bisa dipastikan bakalan libur full dan baru mulai lagi H+10 lebaran. belum lagi nyiapin persenan buat ibuk itu. moga masih cuma dia yang minta persenan, deh. kalo bisa jangan minta dulu tahun ini :joy:

    dan kalo lebih bisa lagi, sih, seharinya bisa sampe full :joy:
  • Hanya bisa mendoakan dan mengharapkan yang terbaik buat orang tua yang masih hidup dan yang meninggal!
  • jeje00 wrote: »
    Banyak orang menunggu musim
    liburan sekolah, termasuk aku. Ada
    yang mau ngajak aku liburan nggak
    nih? Ah, Bayu… Pengemis banget
    sih lo! Kalau mau liburan, sendiri
    juga nggak apa-apa kan? Awalnya
    aku mau ikut liburan sama temen-
    temen tapi karena aku telat
    konfirmasi keikut sertaan
    rombongan akhirnya aku nggak jadi
    deh ikut mereka. Huft!!! Pokoknya
    sendiri atau nggak aku harus tetap
    liburan. Jadilah aku liburan ke
    pulau Dewata sendirian. Aku
    berangkat menuju bandara di
    kotaku dan butuh waktu lebih dari
    sejam perjalanan udara sebelum
    pesawatku mendarat di pulau seribu pura.
    Kota Denpasar memang masih asing bagiku
    karena memang baru pertama kali aku
    menginjakan kaki dipulau ini. Biaya berliburku
    kali ini juga didapat dari Pak Nikki, Mas Arif dan
    Bang Dayat plus uang jajan dari orang tuaku. Enak
    bukan punya pacar-pacar yang baik and mapan…
    Hehehe…
    Aku menuju daerah Kuta menggunakan mobil
    carteran. Ketika sudah sampai disana, aku
    kebingungan untuk mengambil arah mana yang
    harus aku ambil agar sampai kesalah satu
    penginapan murah yang pas buat kantongku.
    Untunglah aku lihat ada Polisi Khusus yang bisa
    aku mintai keterangan. Para polisi gagah dan
    cantik menggunakan dasi merah itu terlihat ramah
    melayani pertanyaan para turis seperti aku. Aku
    dekati salah seorang polisi untuk meminta
    informasi.
    “Permisi Pak. Bisa bantu saya?”.
    Polisi itu pun balik badan dan menoleh
    kearahku. Ya ampun, hampir saja aku ambruk
    karena pingsan melihat kegagahan polisi itu.
    Wajahnya sangat jantan dengan kumis yang agak
    tebal dan alis yang tajam. Wajahnya terlihat
    seperti orang Jawa banget. Tertulis nama Gunawan
    Triatno didada kanannya. Dia mengenakan topi
    koboi khusus Bali Tourist Police. Dadanya tampak
    menonjol dan otot lenganya terlihat besar dibalik
    baju lengan panjangnya.
    “Ada yang bisa saya bantu, dek?”.
    “Oh.. iya Pak. Saya mau tanya, disini kalau mau
    penginapan yang murahan dikit kearah mana
    ya?”, tanyaku sambil gugup dan gemetarn akibat
    menatap wajah tampannya.
    Dia merekomendasikan beberapa penginapan
    murah untukku. Aku merasa sangat terbantu
    olehnya dan entah mengapa dia juga bersedia
    mengantarkanku menuju salah satu penginapan
    murah yang dia maksud. Setelah sampai, aku
    berterimakasih padanya.
    Keesokan harinya, aku kembali bertemu Pak
    Gunawan dimobil Polisi turis. Kami terlibat
    pembicaraan ringan dan malamnya aku ajak dia
    menemaniku untuk makan malam tetapi anehnya
    lagi dia tidak menolak tawaranku. Pucuk dicinta
    ulam pun tiba, di acara makan malam itu kami
    sempat bertukar nomor hape dan bercerita
    mengenai hal pribadi. Ternyata Pak Gunawan
    telah memiliki seorang istri dan seorang anak laki-
    laki berusia 8 tahun.Pak Gunawan adalah seorang
    Briptu berusia 34 tahun. Tingginya sekitar 175 cm
    dan beratnya ideal karena dia menjaga badannya
    agar terlihat berotot.
    Andaikan aku punya kesempatan untuk
    mencicipi pejuh pak Gunawan. Pikiranku
    melayang jauh sambil terus memandangi wajah
    gagahnya. Sadar Bay! Kamu nggak mau kan kalau
    sampai ngaceng sia-sia di tengah orang banyak?
    Aku membuyarkan lamunanku.
    Keesokan harinya aku sedang duduk di dekat
    sebuah pohon untuk menunggu kendaraan yang
    akan membawaku ke Ubud.
    "Halo Bay, lagi nunggu taksi ya?" Tanya si
    pengendara mobil Xenia itu yang ternyata adalah
    Pak Gunawan si POLISI Pariwisata Bali pujaanku.
    "Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat
    tugas?" tanyaku spontan.
    "Iya nih! saya habis nginap di tempat saudara,
    takutnya telat. Kalo mau ke kantor, ayo ikut Bapak
    saja" ajak Pak Gunawan.
    Karena Aku sudah kenal dekat dengan Pak
    Gunawan akhirnya aku mau juga nebeng Pak
    Gunawan walaupun aku sebenarnya harus
    membatalkan rencanaku pergi ke Ubud. Tapi
    disitulah awal bencana bagiku (Kenikmatan
    kaleeee).
    "Bayu, nggak keberatan kan kalau kita mampir
    dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat
    ada beberapa barang saya yang tertinggal di
    sana?" Pak Gunawan sepertinya membuat alasan.
    "Iya Pak.. Gak papa kok… Santai aja", aku
    senyum padanya.
    Pak Gunawan mempercepat laju mobilnya
    sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di
    pedesaan yang jarang terjamah orang.
    Sesampainya disitu aku ditarik dengan paksa
    masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah
    ada Bripda Wayan (24), Briptu Made (25) yang
    sepertinya merupakan rekan kerja pak Gunawan.
    Di pojok rumah itu ternyata juga sudah menanti
    dua orang Polisi lain yaitu Bli Putu (29) dan bli
    Agung (27). Mereka semua tampaknya sudah
    menunggu sejak lama saat-saat seperti ini.
    "Halo Bayu, sudah ditunggu dari tadi lho?", seru
    bli Putu.
    "Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak
    lakukan disini?", aku mulai kebingungan.
    Aku berusaha jual mahal dengan menjerit
    karena mulai digerayangi oleh para polisi
    berseragam lengkap.
    "Lepasin! Jangan coba-coba sentuh saya ya!".
    "Diam, kamu! Mau selamat nggak? Berani
    melawan POLISI yah", kata Bli Agung.
    Aku mencoba melawan dengan memukuli dan
    menendang polisi itu. Tapi aku kalah setelah
    dihantam perutku oleh bli Wayan yang gagah, dan
    di gampar pipiku berkali-kali sampai aku lemas
    hingga merah dan bibirku berdarah. Aku hanya
    bisa meringis kesakitan. Aduh… Polisi-polisi ini
    kejam dan sadis banget ya…
    "Nah sekarang emut dan hisep Kontol saya,
    Kontol Pak Gunawan, Kontol Agung, kontol Made
    dan kontol Putu. Yang kenceng nyedotnya, kalo
    nggak saya obrak-abrik anus kamu biar jebol,
    Mau?", Karena ketakutan akhirnya aku mengulum
    Kontol para Polisi itu.
    Aku menyedot Kontol polisi-polisi itu satu-
    persatu dengan bibirku yang merah dan mulutku
    yang mungil, sambil tanganku menggenggam
    Kontol para Bapak Polisi sambil mengocok-
    ngocoknya.
    "Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti,
    telen pejuhnya biar kamu tambah enak.. Uhhhh..
    Bapak suka kamu Bay..", seru Pak Gunawan.
    "Mmmphh, slerrpp, mmhh". Dengan terpaksa
    aku menghisap Kontol-Kontol mereka sampai
    mereka semua berkelojotan. Aku memang ingin
    menikmati kontol pak Gunawan namun karena
    perlakuan mereka seperti ini aku mulai takut dan
    terpaksa melayani kontol-kontol mereka.
    "Gila, nih cowok nyepongnya mantep banget,
    kamu pasti sudah sering nyepongin Kontol pria
    yah? Ahahaha....", kata bli Agung.
    Satu persatu para Polisi gagah itu
    menyemburkan sperma mereka ke dalam mulutku
    hingga mengalir ke tenggorokanku. Walaupun aku
    hampir muntah namun mereka memaksaku untuk
    menelan pejuh kelima Polisi tersebut. Aku masih
    tak percaya bisa mengoral kontol para polisi gagah
    dan berotot ini. Wajahku mulai terlihat kewalahan
    lagi, mungkin karena mabuk pejuh dan merasakan
    mual pada perutku. Setelah mereka puas
    memperkosa mulutku ternyata mereka langsung
    menelanjangiku. Bli Made memegang kedua
    tanganku, Bli Wayan memelorotkan celana jeans-
    ku, Bli Putu merobek baju dan singletku.
    "Nih cowok homo badannya manis banget, imut
    lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh,
    lembut banget". Pak Wayan mengomentari
    putingku, sambil mulai menarik-narik putingku.
    Dalam sekejap aku sudah dalam keadaan tanpa
    busana.
    "Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke
    polisi", ancamku sambil teriak.
    "Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu
    persiapkan diri kamu untuk menerima latihan
    khusus", Seru bli Made sambil menjambak
    rambutku.
    Aku sekarang hanya mengenakan celana dalam
    putih saja. Ketika bli Made hendak beraksi tiba-
    tiba Pak Gunawan protes, "karena saya yang dapat
    Bayu ini maka saya duluan yang nusuknya."
    Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya
    tubuhku menjadi tengkurap, kedua tanganku yang
    ditarik kebelakang menempel dipunggung
    sementara dada dan wajahku menyentuh kasur.
    Kedua tangan kasar Pak Gunawan itu kini
    mengelus ngelus bagian pantatku, dirasakan
    olehnya pantatku yang padat. Sesekali tangannya
    menampar pantatku dengan keras, bagai seorang
    bapak yang tengah menyabet pantat anaknya yang
    nakal "Plak, Plak, Plak!!".
    "Wah bagus sekali pantat kamu Bay, kenyal, gila
    nih Gung, paha cowok satu ini manis amat.
    Putihnyaaaaa.. ya ampun, banyak bulu-bulu
    halusnya lagi di lobangnya" ujar Pak Gunawan
    sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit
    pantatku sambil sesekali mencabuti bulu-bulu
    disekitar lubang anusku.
    aku mengaduh kesakitan.
    "Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat seenak
    ini, seperti pantat cewek aja", kata pak Gunawan
    lagi. "Hotnyaaaaaaaaa, ya ampun, mulus, kenyal
    lagi" sambil memijat pantatku yang memerah
    karena tamparan tangan Pak Gunawan.
    Bli Putu lalu menjilati dan menggigiti
    bongkahan pantatku.
    "Aakhh, Pak, jangan sentuh pantatku!", aku
    membentak mereka.
    "Plakk" sebuah tamparan sangat keras ke
    pipiku.
    "Diam kamu, lonte homo! Mau saya rontokin
    gigi putih kamu!!", bli Putu balas membentak.
    Aku hanya diam pasrah, sementara tangisanku
    mulai terdengar. Tangisku terdengar semakin
    keras ketika tangan kanan Pak Gunawan secara
    perlahan-lahan mengusap kakiku mulai dari betis
    naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha
    mulusku dan akhirnya menyusup masuk kedalam
    CD hingga menyentuh kebagian lobang pantatku.
    "Jangan Paaaaakkk! Saya mohon", aku memelas
    ketakutan.
    Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
    kanan Pak Gunawan, yaitu jari tengahnya
    menyusup masuk kecelana dalamku dan langsung
    menyentuh lubang anusku. Kontan saja hal ini
    membuat badanku agak menggeliat, aku mulai
    sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak
    Gunawan tadi langsung menusuk liang anusku.
    "Egghhmm, oohh, shitt, shitt", aku menjerit
    badanku mengejang tatkala jari tengah Pak
    Gunawanan masuk ke liang anusku.
    Badanku pun langsung menggeliat-geliat seperti
    cacing kepanasan, ketika Pak Gunawan
    memainkan jarinya itu didalam anusku. Nafasku
    terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
    Dengan tersenyum terus dikorek-koreknya liang
    anusku, sementara itu badanku menggeliat-geliat
    jadinya, mataku merem-melek, mulutku
    mengeluarkan rintihan-rintihan. Pak Gunawan
    menciumi bibir anusku sambil sesekali
    memasukkan lidahnya kedalam lubang anusku,
    kepala Pak Gunawan menghilang di antara belahan
    pantatku sambil kedua tangannya meremas-remas
    pipi pantatku. Sementara Pak Putu meremas dada
    kananku, dan mulutnya menggigit puttingku
    satunya lagi. Aku sekarang sudah telentang dengan
    kaki diangkat keatas.
    "Pak Gunawan, Putting cowok kesayanganmu
    ini gurih sekali, lembut lagi". Bli Putu asyik
    menyantap putingku.
    "Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit,
    paa..ak".
    Aku terus mengerang kesakitan pada kedua
    putingku dan kenikmatan pada anusku. Setelah
    beberapa menit lamanya, Pak Gunawan kemudian
    mencabut jarinya.
    Melihat aku yang meronta-ronta, Pak Gunawan
    semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan
    Kontolnya ke dalam lubangku yang masih enak itu.
    Walaupun anusku sudah basah oleh air liur Pak
    Gunawan namun Pak Gunawan masih merasakan
    kesulitan saat memasukkan Kontolnya, karena
    anusku masih terlalu kecil untuk ukuran
    kontolnya. Aku hanya dapat menangis dan
    berteriak kesakitan. Lalu dengan ngacengnya Pak
    Gunawan memasukkan batang Kontolnya lagi.
    "Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk..
    ammpuu..uunn", terdengar suara erangan
    kesakitan keluar dari mulutku.
    Aku mulai menangis sambil mendesah
    menikmati Kontol Pak Gunawan yang mengaduk-
    aduk liang pembuanganku. Raut wajahku
    menahan sakit luar biasa pada anusku.
    Aku sekarang lebih terdengar suara tertahan
    ketika Kontol pak Gunawan disodok-sodokkan ke
    lubang anusku.
    "Awwwwww... oh uhhhh......jangan, uh, duh
    Pakk, ampunn Paaaaaaaaaakkk!!".
    Sungguh mengasyikan melihat expresiku yang
    merem-merem sambil menggigit bibir bawah. Pak
    Gunawan terus menggenjot anusku. Menit-
    menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan
    sekuat tenaga Pak Gunawan terus menggenjot
    tubuhku, aku semakin kepayahan karena sekian
    lamanya Pak Gunawan menggenjot tubuhku. Rasa
    pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan
    dan rintihanpun kini melemah, mataku mulai
    setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja
    yang terlihat, sementara itu bibirku menganga
    mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah,
    "Ahh, ahh, oouuhh".
    Lalu Pak Gunawan memposisikan tubuhku
    menungging. Pantatku sekarang terlihat kokoh
    menantang, ditopang pahaku yang putih dan
    tegak. Pak Gunawan memasukkan Kontol besarnya
    yang berpanjang 18 cm ke liang pembuanganku
    hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya
    lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga
    dihujamkannya benda panjang itu ke dalam
    rongga anusku hingga membuatku tersentak kaget
    dan kesakitan sampai mataku membelalak disertai
    teriakan panjang.
    "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......
    Paaaaaakkkkk!!!! Tidaaaaaaaaakkkk!!!".
    Kedua tangan Pak Gunawan memegang pantatku,
    sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang
    berirama. Sesekali tangan Pak Gunawan mengelus-
    elus pantatku. Beberapa menit kemudian, Pak
    Gunawan kembali mempercepat goyangan
    pinggulnya, kemudian dia menarik kedua
    tanganku. Jadi sekarang persis seperti
    menunggangi kuda lumping, kedua tanganku
    dipegang dari belakang sedangkan pantatnya
    digoyang seirama sodokan Kontol Pak Gunawan.
    Wajahku menghadap keatas dengan mulut
    menganga mengerang kesakitan. Melihat
    keadaanku seperti itu, pak Gunawan semakin
    bersemangat mengebor liang anusku.
    "Anjingg, bangsaatt, anus, kamu, Bayu
    ngentoott, bapak entotin kamu".
    Pak Gunawan merancau tak jelas. Dan akhirnya
    Pak Gunawan pun sampai kepuncak paling nikmat
    menikmati anusku, kontolnya menyemburkan
    pejuh kental yang luar biasa banyaknya
    memenuhi lubang anusku.
    "Aa, aakkhh, oohh", sambil mengejan Pak
    Gunawan melolong panjang bak serigala, tubuhnya
    mengeras, mengejang dan bergetar dengan kepala
    menengadah keatas.
    "Aoohh, oouuhh, Polisi bangsat kamuuuuuuu
    pakkk!!".
    Aku mengumpat sambil mendesah, tubuhku
    mengejang merasakan cairan pejuh Pak Gunawan
    membanjiri anusku. Puas sudah dia
    menyetubuhiku, rasa puasnya berlipat-lipat baik
    itu puas karena telah mencapai klimaks dalam
    seksnya, puas dalam menyetubuhiku dan puas
    dalam merojok anusku.
    aku menyambutnya dengan mata yang secara
    tiba-tiba terbelalak, aku sadar bahwa polisi tiu
    telah berejakulasi karena dirasakannya ada
    cairan-cairan hangat yang menyembur
    membanjiri lubang anusku. Cairan kental hangat
    itu memenuhi liang anusku sampai sampai
    meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur.
    Setelah itu Bli Agung maju untuk mengambil
    giliran. Kali ini bli Agung mengangkat kedua
    kakiku ke atas pundaknya, dan kemudian dengan
    tidak sabar dia segera menancapkan Kontolnya
    yang sudah tegang ke dalam anusku. Bli Agung
    masih mengalami kesulitan saat memasukkan
    Kontolnya, meskipun anusku kini sudah licin oleh
    pejuh Pak Gunawan.
    Kembali lubang duburku diperkosa secara brutal
    oleh Bli Agung, dan aku lagi-lagi hanya dapat
    berteriak kesakitan.
    "Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh,
    keparaatttt.. ahhhhh", teriakku.
    Namun kali ini aku tidak berontak lagi, karena
    aku pikir itu hanya akan membuat polisi itu
    semakin bernafsu saja. Sementara itu bli Agung
    terus memompa anusku dengan cepat sambil satu
    tangannya menarik-narik putingku dan tidak lama
    kemudian dia mencapai puncaknya dan
    mengeluarkan seluruh pejuh nya di dalam anusku.
    "Ooohh, makan nih pejuh polisi. Kamu suka
    kan?? Ahhhhhh… ohhhhhh!!".
    Aku hanya dapat meringis kesakitan, tubuhku
    telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun
    tangan dan kakiku sudah tidak dipegangi lagi. Aku
    dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke
    dalam anusku. Sebagian pejuh bli Agung mengalir
    lagi keluar dari anusku.
    "Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh", aku
    menjerit dengan tubuhku yang mengejang ketika
    bli Putu mulai menanamkan batang kemaluannya
    didalam liang anusku.
    Mataku terbelalak menahan rasa sakit anusku,
    tubuhku menggeliat-geliat sementara bli Putu terus
    berusaha menancapkan seluruh batang kontolnya.
    Memang agak sulit selain meskipun sudah
    dimasuki dua Kontol tadi, aku masih agak tegang
    sehingga anusku masih sangat sempit.
    Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Bli Putu
    berhasil menanamkan seluruh batang kontolnya
    didalam anusku. Tubuhku berguncang-guncang
    merasakan sakit dan pedih tak terkirakan di
    duburku. Aku pun terus memohon kepada Bli Putu
    agar mau melepaskannya.
    "Ahh, rasain kamu, akhirnya aku bisa juga
    ngerasain jepitan anus kamu sayang", bisiknya
    ketelingaku.
    "Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn",
    rintihku dengan suara yang megap-megap.
    Jelas bli Putu tidak perduli. Dia malahan
    langsung menggenjot tubuhnya memompakan
    batang kemaluannya keluar masuk duburku.
    "Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh", aku merintih-
    rintih, disaat tubuhku digenjot Oleh bli Putu,
    badanku pun semakin menggeliat-geliat.
    Otot-otot dinding anusku kuat mengurut-urut
    batang kemaluan bli Putu yang tertanam
    didalamnya, karenanya bli Putu merasa semakin
    nikmat. Sambil memukuli pantatku dengan
    tangannya, berharap agar anusku mencengkram
    Kontolnya dengan lebih erat karena lobang anusku
    mulai semakin mengendur.
    Tiba-tiba bli Putu mencabut Kontolnya dan dia
    duduk di atas dadaku. Bli Putu mengocok-ngocok
    kontolnya dengan kuat, sampai akhirnya dia
    memuncratkan pejuhnya ke arah wajahku. Aku
    gelagapan karena pejuh bli Putu mengenai bibir
    dan juga mataku. Setelah itu bli Putu masih sempat
    membersihkan sisa pejuh yang menempel di
    Kontolnya dengan mengoleskan Kontolnya ke
    bibirku.
    Selanjutnya dua orang, Bli Wayan dan Bli Made
    maju. Mereka kini menyuruhku untuk mengambil
    posisi seperti merangkak. Kemudian bli Wayan
    berlutut di belakang pantatku dan mulai mencoba
    memasukkan Kontolnya ke lubang anusku.
    "Gila nih cowok, pantatnya mantap bener,
    hangat lagi, lihat nih bro paha si Bayu. Mulus dan
    putih banget. Bener kata Pak Gunawan" Kata Bli
    Wayan.
    "Ampuunn Pakkkk, jangan sodomi saya lagi…
    paakk, saya mohoonn… sakit…".
    Membayangkan kesakitan itu, aku mencoba
    untuk berdiri, tetapi kepalaku dipegang oleh bli
    Made yang segera mendorong wajahku ke arah
    Kontolnya. Kini aku dipaksa mengulum dan
    menjilat Kontol bli Made. Kontol bli Made yang
    tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam
    mulutku.Sementara itu, bli Wayan masih berusaha
    menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang
    anusku.
    "Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk.. udah
    pakk…..!!!"
    Sesekali bli Wayan menampar pantatku dengan
    keras, sehingga aku merasa panas.
    "Gila nih anak laki, bokongnya mantap banget
    dan lobangnya kecil banget" Kemudian bli Wayan
    menjilati lubang anusku.
    Aku merasakan sensasi aneh yang tidak pernah
    aku rasakan sebelumnya saat lidah polisi Wayan
    menjilati lubang anusku yang sudah berlumuran
    pejuh. Ia berada dibelakangku dengan posisi
    menghadap punggungku.
    Ketika lobang pantatku sudah terbuka, bli
    Wayan merentangkan kedua kakiku selebar bahu,
    dan..
    "Aaakkhh.", aku kembali melolong panjang,
    badanku mengejang dan terangkat dari tempat
    tidur disaat bli Wayan menanamkan batang
    kemaluannya didalam lobang anusku. Rasa sakit
    tiada tara kembali dirasakan didaerah anusku,
    dengan tidak perlu bersusah payah bli Wayan
    berhasil menanamkan batang kemaluannya
    didalam lobang anusku, meskipun baru masuk
    setengahnya. Setelah itu tubuhku kembali disodok-
    sodok.
    Tidak lama kemudian aku kembali menjerit
    kesakitan. Rupanya anusku sudah jebol oleh Kontol
    bli Wayan yang gede banget yang berhasil masuk
    seluruhnya dengan paksa. Kini bli Wayan
    memperkosa anusku perlahan-lahan, karena
    lubang anusku masih sangat sakit. Ketika bli
    wayan menarik Kontolnya, bibir anusku terasa
    ikut tertarik sehingga agak monyong keluar. Lalu
    bli Wayan menyodokkan lagi Kontolnya, sehingga
    kini anusku mengempot.
    "Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu,
    nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt… ooohhhhh".
    Aku menjerit keras sekali, aku merasakan rasa
    sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakan.
    Bli Wayan merasakan kesakitan sekaligus
    kenikmatan yang luar biasa saat Kontolnya dijepit
    oleh anusku. Bli Wayan merasa Kontolnya lecet
    didalam duburku. Kenikmatan yang terus-menerus
    dirasakannya ketika menunggangi pantatku. Tak
    terbayang bagaimana wajah Bang Wando, jika
    menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi
    yang dialami pacarnya. Pacar yang selalu bisa
    menyenangkannya, sekarang tubuhnya sedang
    menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi
    oleh Oknum-oknum Polisi sepertinya. Aku yakin
    bang Wando pasti langsung menonjok ampe babak
    belur para polisi bejat ini. Bang Wando… Tolong
    Bayu…
    Seperempat jam lamanya bli Wayan
    menyodomiku, waktu yang lama bagi aku yang
    semakin tersiksa.
    "Eegghh, aakkhh, oohh…ohhh…".
    Dengan mata merem-melek serta tubuh
    tersodok-sodok, aku merintih-rintih. Saat aku
    berteriak, kembali bli Made mendorong Kontolnya
    ke dalam mulutku, sehingga kini aku hanya dapat
    mengeluarkan suara erangan yang tertahan,
    karena mulutku penuh oleh Kontol bli Made.
    Tubuhku terdorong kedepan dan kebelakang
    mengikuti gerakan Kontol di anus dan mulutku.
    aku berteriak-teriak kesakitan.
    "Ahhhhhhhhhh..... Ooooooo... Ampoooon pak..
    ampun pak Polisiiii!!!!"
    Keadaan ini berlangsung 35 menit sampai
    akhirnya bli Wayan dan bli Made mencapai
    puncak secara bersamaan. Bli Wayan yang sudah
    tidak tahan karena seret dan panasnya liang
    pantatku menyemburkan pejuhnya di dalam
    anusku, aku sekarang semakin merasakan perih
    pada anusku yang semakin lecet dan tersiram
    pejuh bli Wayan. Dan bli Made menyemburkan
    pejuhnya di dalam mulutku. Aku terpaksa menelan
    semua pejuh bli Made agar aku masih dapat
    bernafas. Aku hampir muntah merasakan pejuh itu
    masuk ke dalam kerongkonganku, namun tidak
    dapat karena Kontol bli Made masih berada di
    dalam mulutku. Aku biarkan saja Kontol bli Made
    berada di dalam mulutku untuk beberapa saat
    sampai bli Made menarik keluar Kontolnya dari
    mulutku. Plop! Sebagian sisi pejuh briptu Made
    yang tidak tertelan meluber keluar bercampur
    dengan air liurku.
    Kemudian bli Made memaksaku untuk
    membersihkan sisa pejuh Kontolnya dengan cara
    menjilatinya. Bripda Wayan juga masih
    membiarkan Kontolnya terbenam dalam anusku
    dan sesekali masih menggerak-gerakkan Kontolnya
    di dalam anusku, mencoba untuk merasakan
    kenikmatan yang lebih banyak. Aku dapat
    merasakan kehangatan pejuh di dalam lubang
    anusku yang secara perlahan mengalir keluar dari
    lubang anusku. Perih yang luar biasa dirasakan
    lubang duburku setelah kontol itu keluar..
    Setelah bli Wayan mencabut Kontolnya dari
    anusku, lalu bli Agung mengambil kursi dan duduk
    di atasnya. Dia menarikku mendekati dan
    mengangkat tubuh kecilku lalu memposisikan
    mengangkangi Kontolnya dan menghadap
    kearahnya. Bli Agung kemudian mengarahkan
    Kontolnya ke anusku, dan kemudian memaksaku
    untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga
    seluruh Kontol bli Agung langsung masuk ke
    dalam duburku.
    "Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu
    paakk.. pak.. ampuninnnn Bayu…", Aku
    mengerang kesakitan dan memohon iba dari polisi
    berbadan kekar dan berwajah tampan khas bali
    itu.
    Setelah itu, aku dipaksa bergerak naik turun.
    Sesekali bli Agung menyuruhku menghentikan
    gerakan untuk menahan orgasmenya. Bli Agung
    dapat merasakan duburku berdenyut-denyut
    seperti memijat Kontolnya, dan dia juga dapat
    merasakan kehangatan liang anusku yang sudah
    basah oleh pejuh-pejuh rekan-rekannya.
    Bli Agung masih belum puas. Dia memiringkan
    tubuhku lalu mengangkat kaki kananku ke
    bahunya dan mulai menyodok-nyodokan
    Kontolnya di anusku. Aku menahan sakit
    bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirku
    sendiri hingga lecet, wajahku yang sudah penuh
    air mata dan memar bekas tamparan itu tidak
    membuat iba para Polisi itu. Bli Agung tanpa kenal
    ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya
    dengan sepenuh tenaga. Bli Agung tidak dapat
    bertahan lama, karena dia sudah sangat
    terangsang sebelumnya ketika melihat aku
    diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia
    langsung memuncratkan spermanya kedalam
    anusku. Aku kembali merasakan kehangatan yang
    mengalir di dalam liang pembuanganku.
    Selanjutnya Pak Gunawan yang masih mau lagi
    yang mengambil giliran untuk memperkosaku. Dia
    menarikku dari pangkuan bli Agung, kemudian dia
    sendiri tidur telentang di lantai. Aku disuruh untuk
    berlutut dengan kaki mengangkang di atas Kontol
    pak Gunawan. Kemudian secara kasar pak
    Gunawan menarik pantatku turun, sehingga
    anusku langsung terhunjam oleh Kontol Pak
    Gunawan yang sudah berdiri keras.
    "Akkhh, aakkhh, oogghh,.. Pak.. sudah… anusku
    sakit banget pak…". teriakan memilukan keluar
    dari mulutku.
    Kontol pak Gunawan, yang jauh lebih besar
    daripada Kontol Polisi rekan-rekannya diruang ini
    memasuki anusku, masuk semuanya ke dalam
    anusku, membuat aku kembali merasakan
    kesakitan karena ada benda keras yang masuk
    jauh ke dalam duburku. Aku merasa dinding
    anusku dikoyak-koyak oleh Kontol Pak Gunawan.
    Pak Gunawan memaksa aku untuk terus
    menggerakkan pinggulku naik turun, sehingga
    Kontol Pak Gunawan dapat bergerak keluar masuk
    duburku dengan leluasa.
    Kemudian Pak Gunawan menarikku ke arah
    dadanya, sehingga kini dadaku berhimpit dengan
    dada berotot Pak Gunawan. Pak Gunawan benar-
    benar terangsang. Melihat posisi seperti itu, Bli
    Wayan melepas ikat pinggangnya dan mulai
    mencambuk punggung dan bongkahan pantatku
    beberapa kali.
    "Akkhh, aakhh, damn, shitt.. sakit Pak!", Aku
    kembali merasakan perih luar biasa pada
    punggung, pantat, dan pahaku.
    Cambukan bli Wayan sangat keras sehingga
    membuat garis lurus merah di kulit punggung
    pantat, dan pahaku.
    Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras,
    namun aku tetap merasakan perih dan panas di
    punggung dan pantatku, sehingga aku berhenti
    menggerakkan pinggul. Merasakan bahwa
    gerakanku terhenti, Pak Gunawan marah.
    Kemudian dia mencengkeram kedua belah
    pantatku dengan tangannya, dan memaksanya
    bergerak naik turun sampai akhirnya aku
    menggerakkan sendiri pantatku naik turun secara
    refleks. Pak Gunawan mencengkram pinggulku,
    lalu membuat goyangan memutar sehingga ia
    merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan
    mengeborku itu.
    "Oohh, sshh, shh… bapak suka anusmu Bay..
    Uhh… ohhhh", Pak Gunawan mendesah
    kenikmatan, sambil merasakan pantatku yang
    empuk basah menduduki selangkanganya.
    Ketika Pak Gunawan hampir mencapai klimaks,
    dia memelukku dan berguling, sehingga posisi
    kami kini bertukar, aku tidur di bawah dan Pak
    Gunawan di atasnya. Sambil mencium bibirku
    dengan sangat bernafsu, Pak Gunawan terus
    menggenjot anusku. Tidak lama kemudian gerakan
    Pak Gunawan terhenti. Pak Gunawan mencabut
    Kontolnya keluar dari duburku dan segera
    menyemprotkan spermanya di sekitar lubang
    anusku. Kemudian dia menarik tangan kananku
    dan memaksaku untuk meratakan sperma yang
    ada di sekitar anusku dengan tanganku sendiri.
    Setelah itu bli Putu yang tampan dan gagah itu
    mengambil giliran memperkosa anusku. Ia
    mengangkat kedua kakiku dan menyandarkannya
    diatas bahunya, bli Putu menempelkan kepala
    Kontolnya di mulut anusku. Dengan kasar bli Putu
    menyodokkan Kontolnya dengan keras kedalam
    liang duburku. Lalu ia mulai menggenjotnya.
    Hampir sepuluh menit bli Putu memompa duburku
    dengan kasar, membuat duburku semakin terasa
    lecet dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya,
    bli Putu mencabut Kontolnya dari duburku dan
    memaksa aku untuk membuka mulut lebar-lebar
    untuk menampung spermanya. Setelah itu, bli Putu
    memaksa aku untuk berkumur dengan spermanya
    dan kemudian menelannya. Semua polisi disitu
    tertawa senang melihat itu, sementara aku
    menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa
    karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini
    wajahku terlihat gelagapan oleh sperma milik Bli
    Putu.
    Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam
    hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para polisi
    kejam itu terhadap tubuhku. Kali ini aku tidak kuat
    lagi.
    Setelah lima polisi itu selesai memperkosaku
    untuk kesekian kalinya, aku akhirnya pingsan
    karena kecapaian dan karena kesakitan yang
    menyerang seluruh tubuhku terutama dianus. Aku
    telah diperkosa habis-habisan selama kurang lebih
    7 jam oleh polisi-polisi bejat itu. Dan semua
    kejadian itu direkam oleh pak Gunawan. Lebih-
    lebih ketika posisi kedua tanganku yang terikat
    digantung keatas. Bli Made menjilati dan
    menciumi ketiakku.
    "Mmuuahh, ketek kamu bagus banget sih,
    rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm".
    Liur bli Made membasahi ketiakku. Aku kembali
    disetubuhi dari satu arah tentu saja lubang anus.
    Aku kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakiku
    berusaha menendang-nendang ke segala arah,
    sambil sesekali seperti orang mengejan.
    "Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih,
    sakiitt, ouughh, aa, akh!!!"
    Aku terus berontak seperti orang kesetanan.
    Karena pantatku mulai mengering, Pak Made
    kembali membasahi pantatku dan batang
    Kontolnya sendiri dengan lotion agar licin. Bli
    Made menyodomiku untuk kesekian kalinya.
    Dilanjutkan dengan bli Wayan lagi, yang senang
    sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat seperti
    pantatku, ia semakin bernafsu menghancurkan
    anusku.
    Kemudian mereka kembali menelentangkan aku
    di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-
    bagian tubuhku yang bisa di gunakan untuk
    memuaskan kontol kontol mereka. Bli Agung
    memasukkan Kontolnya ke dalam mulutku, dan
    memaksa mengulumnya. Pak Gunawan
    menyarangkan Kontolnya ke dalam anusku, double
    penetratio, yang berdarah-darah. bli Putu
    melesakkan Kontolnya yang super besar dan
    panjang itu ke dalam lobang pantatku yang sudah
    dimasuki kontol pak Gunawan.
    Akhirnya aku yang sudah tidak kuatpun
    pingsan, dengan anus yang dalam keadaan lecet
    parah, dan terus mengeluarkan darah dan sisa
    sperma. Darah dan sperma berceceran dimana-
    mana. Sudah puas para polisi tersebut, mereka
    membersihkan diri lalu meninggalkan tubuhku
    yang bugil dan berlepotan darah dan sperma
    dalam keadaan pingsan.
    Setelah para polisi gila itu pergi aku tidak tahu
    apa-apa lagi. Aku pingsan dan tak berdaya.
    Walaupun liburanku dipulau Bali masih ada
    beberapa hari, aku memutuskan untuk mengurung
    diri dikamar dan tidak ingin keluar. Pak Gunawan
    beberapa kali meng-sms atau misscall ke hapeku
    namun tidak aku gubris karena aku terlanjur sakit
    dengan kelakuannya dan teman-temannya dua
    hari lalu. Aku pun pulang ke kotaku dengan
    trauma yang dalam dan sesampainya dirumah,
    ayah dan ibuku bingung melihat aku yang diam
    dan tampak melamun padahal aku habis liburan.
    Mungkinkah aku trauma untuk berlibur sendiri
    lagi? Tragis…..!!!
    Aku malas untuk mengingat-ingat tampang dan
    nama-nama para polisi periwisata itu namun
    setiap aku mendengar kata Bali, aku selalu ingat
    kelakuan mereka yang memperkosaku. Aku harus
    bagaimana???? Tolong aku teman-teman…

    Njir panjang bgt!
  • edited May 2016
    buka Grindr dan dapet pesan dari seseorang dengan nama nabi dan pasang foto cowok tampan langsung nembak
    ***** homo

    siapa, sih? :lol: :smirk:
    hancik! de'e kok ero usahaku, yo? jarak'e rong kilo ._.
  • Omg, gw kira selama ini tinggi gw 175. Tadi ngukur di RS kampus 178 :scream:
  • Aduh, ini lagu nya Padi kenapa ketjeh-ketjeh amat ya
  • Hiruma wrote: »
    Omg, gw kira selama ini tinggi gw 175. Tadi ngukur di RS kampus 178 :scream:

    Masa sih? Kek nya, elu sama andi, tinggian andi deh uma. Andi gak sampe 178 deh kayaknya. *soktau*
  • laper kak... tapi udah malem :(
Sign In or Register to comment.