It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
liburan sekolah, termasuk aku. Ada
yang mau ngajak aku liburan nggak
nih? Ah, Bayu… Pengemis banget
sih lo! Kalau mau liburan, sendiri
juga nggak apa-apa kan? Awalnya
aku mau ikut liburan sama temen-
temen tapi karena aku telat
konfirmasi keikut sertaan
rombongan akhirnya aku nggak jadi
deh ikut mereka. Huft!!! Pokoknya
sendiri atau nggak aku harus tetap
liburan. Jadilah aku liburan ke
pulau Dewata sendirian. Aku
berangkat menuju bandara di
kotaku dan butuh waktu lebih dari
sejam perjalanan udara sebelum
pesawatku mendarat di pulau seribu pura.
Kota Denpasar memang masih asing bagiku
karena memang baru pertama kali aku
menginjakan kaki dipulau ini. Biaya berliburku
kali ini juga didapat dari Pak Nikki, Mas Arif dan
Bang Dayat plus uang jajan dari orang tuaku. Enak
bukan punya pacar-pacar yang baik and mapan…
Hehehe…
Aku menuju daerah Kuta menggunakan mobil
carteran. Ketika sudah sampai disana, aku
kebingungan untuk mengambil arah mana yang
harus aku ambil agar sampai kesalah satu
penginapan murah yang pas buat kantongku.
Untunglah aku lihat ada Polisi Khusus yang bisa
aku mintai keterangan. Para polisi gagah dan
cantik menggunakan dasi merah itu terlihat ramah
melayani pertanyaan para turis seperti aku. Aku
dekati salah seorang polisi untuk meminta
informasi.
“Permisi Pak. Bisa bantu saya?”.
Polisi itu pun balik badan dan menoleh
kearahku. Ya ampun, hampir saja aku ambruk
karena pingsan melihat kegagahan polisi itu.
Wajahnya sangat jantan dengan kumis yang agak
tebal dan alis yang tajam. Wajahnya terlihat
seperti orang Jawa banget. Tertulis nama Gunawan
Triatno didada kanannya. Dia mengenakan topi
koboi khusus Bali Tourist Police. Dadanya tampak
menonjol dan otot lenganya terlihat besar dibalik
baju lengan panjangnya.
“Ada yang bisa saya bantu, dek?”.
“Oh.. iya Pak. Saya mau tanya, disini kalau mau
penginapan yang murahan dikit kearah mana
ya?”, tanyaku sambil gugup dan gemetarn akibat
menatap wajah tampannya.
Dia merekomendasikan beberapa penginapan
murah untukku. Aku merasa sangat terbantu
olehnya dan entah mengapa dia juga bersedia
mengantarkanku menuju salah satu penginapan
murah yang dia maksud. Setelah sampai, aku
berterimakasih padanya.
Keesokan harinya, aku kembali bertemu Pak
Gunawan dimobil Polisi turis. Kami terlibat
pembicaraan ringan dan malamnya aku ajak dia
menemaniku untuk makan malam tetapi anehnya
lagi dia tidak menolak tawaranku. Pucuk dicinta
ulam pun tiba, di acara makan malam itu kami
sempat bertukar nomor hape dan bercerita
mengenai hal pribadi. Ternyata Pak Gunawan
telah memiliki seorang istri dan seorang anak laki-
laki berusia 8 tahun.Pak Gunawan adalah seorang
Briptu berusia 34 tahun. Tingginya sekitar 175 cm
dan beratnya ideal karena dia menjaga badannya
agar terlihat berotot.
Andaikan aku punya kesempatan untuk
mencicipi pejuh pak Gunawan. Pikiranku
melayang jauh sambil terus memandangi wajah
gagahnya. Sadar Bay! Kamu nggak mau kan kalau
sampai ngaceng sia-sia di tengah orang banyak?
Aku membuyarkan lamunanku.
Keesokan harinya aku sedang duduk di dekat
sebuah pohon untuk menunggu kendaraan yang
akan membawaku ke Ubud.
"Halo Bay, lagi nunggu taksi ya?" Tanya si
pengendara mobil Xenia itu yang ternyata adalah
Pak Gunawan si POLISI Pariwisata Bali pujaanku.
"Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat
tugas?" tanyaku spontan.
"Iya nih! saya habis nginap di tempat saudara,
takutnya telat. Kalo mau ke kantor, ayo ikut Bapak
saja" ajak Pak Gunawan.
Karena Aku sudah kenal dekat dengan Pak
Gunawan akhirnya aku mau juga nebeng Pak
Gunawan walaupun aku sebenarnya harus
membatalkan rencanaku pergi ke Ubud. Tapi
disitulah awal bencana bagiku (Kenikmatan
kaleeee).
"Bayu, nggak keberatan kan kalau kita mampir
dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat
ada beberapa barang saya yang tertinggal di
sana?" Pak Gunawan sepertinya membuat alasan.
"Iya Pak.. Gak papa kok… Santai aja", aku
senyum padanya.
Pak Gunawan mempercepat laju mobilnya
sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di
pedesaan yang jarang terjamah orang.
Sesampainya disitu aku ditarik dengan paksa
masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah
ada Bripda Wayan (24), Briptu Made (25) yang
sepertinya merupakan rekan kerja pak Gunawan.
Di pojok rumah itu ternyata juga sudah menanti
dua orang Polisi lain yaitu Bli Putu (29) dan bli
Agung (27). Mereka semua tampaknya sudah
menunggu sejak lama saat-saat seperti ini.
"Halo Bayu, sudah ditunggu dari tadi lho?", seru
bli Putu.
"Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak
lakukan disini?", aku mulai kebingungan.
Aku berusaha jual mahal dengan menjerit
karena mulai digerayangi oleh para polisi
berseragam lengkap.
"Lepasin! Jangan coba-coba sentuh saya ya!".
"Diam, kamu! Mau selamat nggak? Berani
melawan POLISI yah", kata Bli Agung.
Aku mencoba melawan dengan memukuli dan
menendang polisi itu. Tapi aku kalah setelah
dihantam perutku oleh bli Wayan yang gagah, dan
di gampar pipiku berkali-kali sampai aku lemas
hingga merah dan bibirku berdarah. Aku hanya
bisa meringis kesakitan. Aduh… Polisi-polisi ini
kejam dan sadis banget ya…
"Nah sekarang emut dan hisep Kontol saya,
Kontol Pak Gunawan, Kontol Agung, kontol Made
dan kontol Putu. Yang kenceng nyedotnya, kalo
nggak saya obrak-abrik anus kamu biar jebol,
Mau?", Karena ketakutan akhirnya aku mengulum
Kontol para Polisi itu.
Aku menyedot Kontol polisi-polisi itu satu-
persatu dengan bibirku yang merah dan mulutku
yang mungil, sambil tanganku menggenggam
Kontol para Bapak Polisi sambil mengocok-
ngocoknya.
"Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti,
telen pejuhnya biar kamu tambah enak.. Uhhhh..
Bapak suka kamu Bay..", seru Pak Gunawan.
"Mmmphh, slerrpp, mmhh". Dengan terpaksa
aku menghisap Kontol-Kontol mereka sampai
mereka semua berkelojotan. Aku memang ingin
menikmati kontol pak Gunawan namun karena
perlakuan mereka seperti ini aku mulai takut dan
terpaksa melayani kontol-kontol mereka.
"Gila, nih cowok nyepongnya mantep banget,
kamu pasti sudah sering nyepongin Kontol pria
yah? Ahahaha....", kata bli Agung.
Satu persatu para Polisi gagah itu
menyemburkan sperma mereka ke dalam mulutku
hingga mengalir ke tenggorokanku. Walaupun aku
hampir muntah namun mereka memaksaku untuk
menelan pejuh kelima Polisi tersebut. Aku masih
tak percaya bisa mengoral kontol para polisi gagah
dan berotot ini. Wajahku mulai terlihat kewalahan
lagi, mungkin karena mabuk pejuh dan merasakan
mual pada perutku. Setelah mereka puas
memperkosa mulutku ternyata mereka langsung
menelanjangiku. Bli Made memegang kedua
tanganku, Bli Wayan memelorotkan celana jeans-
ku, Bli Putu merobek baju dan singletku.
"Nih cowok homo badannya manis banget, imut
lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh,
lembut banget". Pak Wayan mengomentari
putingku, sambil mulai menarik-narik putingku.
Dalam sekejap aku sudah dalam keadaan tanpa
busana.
"Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke
polisi", ancamku sambil teriak.
"Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu
persiapkan diri kamu untuk menerima latihan
khusus", Seru bli Made sambil menjambak
rambutku.
Aku sekarang hanya mengenakan celana dalam
putih saja. Ketika bli Made hendak beraksi tiba-
tiba Pak Gunawan protes, "karena saya yang dapat
Bayu ini maka saya duluan yang nusuknya."
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya
tubuhku menjadi tengkurap, kedua tanganku yang
ditarik kebelakang menempel dipunggung
sementara dada dan wajahku menyentuh kasur.
Kedua tangan kasar Pak Gunawan itu kini
mengelus ngelus bagian pantatku, dirasakan
olehnya pantatku yang padat. Sesekali tangannya
menampar pantatku dengan keras, bagai seorang
bapak yang tengah menyabet pantat anaknya yang
nakal "Plak, Plak, Plak!!".
"Wah bagus sekali pantat kamu Bay, kenyal, gila
nih Gung, paha cowok satu ini manis amat.
Putihnyaaaaa.. ya ampun, banyak bulu-bulu
halusnya lagi di lobangnya" ujar Pak Gunawan
sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit
pantatku sambil sesekali mencabuti bulu-bulu
disekitar lubang anusku.
aku mengaduh kesakitan.
"Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat seenak
ini, seperti pantat cewek aja", kata pak Gunawan
lagi. "Hotnyaaaaaaaaa, ya ampun, mulus, kenyal
lagi" sambil memijat pantatku yang memerah
karena tamparan tangan Pak Gunawan.
Bli Putu lalu menjilati dan menggigiti
bongkahan pantatku.
"Aakhh, Pak, jangan sentuh pantatku!", aku
membentak mereka.
"Plakk" sebuah tamparan sangat keras ke
pipiku.
"Diam kamu, lonte homo! Mau saya rontokin
gigi putih kamu!!", bli Putu balas membentak.
Aku hanya diam pasrah, sementara tangisanku
mulai terdengar. Tangisku terdengar semakin
keras ketika tangan kanan Pak Gunawan secara
perlahan-lahan mengusap kakiku mulai dari betis
naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha
mulusku dan akhirnya menyusup masuk kedalam
CD hingga menyentuh kebagian lobang pantatku.
"Jangan Paaaaakkk! Saya mohon", aku memelas
ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
kanan Pak Gunawan, yaitu jari tengahnya
menyusup masuk kecelana dalamku dan langsung
menyentuh lubang anusku. Kontan saja hal ini
membuat badanku agak menggeliat, aku mulai
sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak
Gunawan tadi langsung menusuk liang anusku.
"Egghhmm, oohh, shitt, shitt", aku menjerit
badanku mengejang tatkala jari tengah Pak
Gunawanan masuk ke liang anusku.
Badanku pun langsung menggeliat-geliat seperti
cacing kepanasan, ketika Pak Gunawan
memainkan jarinya itu didalam anusku. Nafasku
terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknya liang
anusku, sementara itu badanku menggeliat-geliat
jadinya, mataku merem-melek, mulutku
mengeluarkan rintihan-rintihan. Pak Gunawan
menciumi bibir anusku sambil sesekali
memasukkan lidahnya kedalam lubang anusku,
kepala Pak Gunawan menghilang di antara belahan
pantatku sambil kedua tangannya meremas-remas
pipi pantatku. Sementara Pak Putu meremas dada
kananku, dan mulutnya menggigit puttingku
satunya lagi. Aku sekarang sudah telentang dengan
kaki diangkat keatas.
"Pak Gunawan, Putting cowok kesayanganmu
ini gurih sekali, lembut lagi". Bli Putu asyik
menyantap putingku.
"Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit,
paa..ak".
Aku terus mengerang kesakitan pada kedua
putingku dan kenikmatan pada anusku. Setelah
beberapa menit lamanya, Pak Gunawan kemudian
mencabut jarinya.
Melihat aku yang meronta-ronta, Pak Gunawan
semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan
Kontolnya ke dalam lubangku yang masih enak itu.
Walaupun anusku sudah basah oleh air liur Pak
Gunawan namun Pak Gunawan masih merasakan
kesulitan saat memasukkan Kontolnya, karena
anusku masih terlalu kecil untuk ukuran
kontolnya. Aku hanya dapat menangis dan
berteriak kesakitan. Lalu dengan ngacengnya Pak
Gunawan memasukkan batang Kontolnya lagi.
"Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk..
ammpuu..uunn", terdengar suara erangan
kesakitan keluar dari mulutku.
Aku mulai menangis sambil mendesah
menikmati Kontol Pak Gunawan yang mengaduk-
aduk liang pembuanganku. Raut wajahku
menahan sakit luar biasa pada anusku.
Aku sekarang lebih terdengar suara tertahan
ketika Kontol pak Gunawan disodok-sodokkan ke
lubang anusku.
"Awwwwww... oh uhhhh......jangan, uh, duh
Pakk, ampunn Paaaaaaaaaakkk!!".
Sungguh mengasyikan melihat expresiku yang
merem-merem sambil menggigit bibir bawah. Pak
Gunawan terus menggenjot anusku. Menit-
menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan
sekuat tenaga Pak Gunawan terus menggenjot
tubuhku, aku semakin kepayahan karena sekian
lamanya Pak Gunawan menggenjot tubuhku. Rasa
pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan
dan rintihanpun kini melemah, mataku mulai
setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja
yang terlihat, sementara itu bibirku menganga
mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah,
"Ahh, ahh, oouuhh".
Lalu Pak Gunawan memposisikan tubuhku
menungging. Pantatku sekarang terlihat kokoh
menantang, ditopang pahaku yang putih dan
tegak. Pak Gunawan memasukkan Kontol besarnya
yang berpanjang 18 cm ke liang pembuanganku
hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya
lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga
dihujamkannya benda panjang itu ke dalam
rongga anusku hingga membuatku tersentak kaget
dan kesakitan sampai mataku membelalak disertai
teriakan panjang.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......
Paaaaaakkkkk!!!! Tidaaaaaaaaakkkk!!!".
Kedua tangan Pak Gunawan memegang pantatku,
sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang
berirama. Sesekali tangan Pak Gunawan mengelus-
elus pantatku. Beberapa menit kemudian, Pak
Gunawan kembali mempercepat goyangan
pinggulnya, kemudian dia menarik kedua
tanganku. Jadi sekarang persis seperti
menunggangi kuda lumping, kedua tanganku
dipegang dari belakang sedangkan pantatnya
digoyang seirama sodokan Kontol Pak Gunawan.
Wajahku menghadap keatas dengan mulut
menganga mengerang kesakitan. Melihat
keadaanku seperti itu, pak Gunawan semakin
bersemangat mengebor liang anusku.
"Anjingg, bangsaatt, anus, kamu, Bayu
ngentoott, bapak entotin kamu".
Pak Gunawan merancau tak jelas. Dan akhirnya
Pak Gunawan pun sampai kepuncak paling nikmat
menikmati anusku, kontolnya menyemburkan
pejuh kental yang luar biasa banyaknya
memenuhi lubang anusku.
"Aa, aakkhh, oohh", sambil mengejan Pak
Gunawan melolong panjang bak serigala, tubuhnya
mengeras, mengejang dan bergetar dengan kepala
menengadah keatas.
"Aoohh, oouuhh, Polisi bangsat kamuuuuuuu
pakkk!!".
Aku mengumpat sambil mendesah, tubuhku
mengejang merasakan cairan pejuh Pak Gunawan
membanjiri anusku. Puas sudah dia
menyetubuhiku, rasa puasnya berlipat-lipat baik
itu puas karena telah mencapai klimaks dalam
seksnya, puas dalam menyetubuhiku dan puas
dalam merojok anusku.
aku menyambutnya dengan mata yang secara
tiba-tiba terbelalak, aku sadar bahwa polisi tiu
telah berejakulasi karena dirasakannya ada
cairan-cairan hangat yang menyembur
membanjiri lubang anusku. Cairan kental hangat
itu memenuhi liang anusku sampai sampai
meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur.
Setelah itu Bli Agung maju untuk mengambil
giliran. Kali ini bli Agung mengangkat kedua
kakiku ke atas pundaknya, dan kemudian dengan
tidak sabar dia segera menancapkan Kontolnya
yang sudah tegang ke dalam anusku. Bli Agung
masih mengalami kesulitan saat memasukkan
Kontolnya, meskipun anusku kini sudah licin oleh
pejuh Pak Gunawan.
Kembali lubang duburku diperkosa secara brutal
oleh Bli Agung, dan aku lagi-lagi hanya dapat
berteriak kesakitan.
"Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh,
keparaatttt.. ahhhhh", teriakku.
Namun kali ini aku tidak berontak lagi, karena
aku pikir itu hanya akan membuat polisi itu
semakin bernafsu saja. Sementara itu bli Agung
terus memompa anusku dengan cepat sambil satu
tangannya menarik-narik putingku dan tidak lama
kemudian dia mencapai puncaknya dan
mengeluarkan seluruh pejuh nya di dalam anusku.
"Ooohh, makan nih pejuh polisi. Kamu suka
kan?? Ahhhhhh… ohhhhhh!!".
Aku hanya dapat meringis kesakitan, tubuhku
telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun
tangan dan kakiku sudah tidak dipegangi lagi. Aku
dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke
dalam anusku. Sebagian pejuh bli Agung mengalir
lagi keluar dari anusku.
"Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh", aku
menjerit dengan tubuhku yang mengejang ketika
bli Putu mulai menanamkan batang kemaluannya
didalam liang anusku.
Mataku terbelalak menahan rasa sakit anusku,
tubuhku menggeliat-geliat sementara bli Putu terus
berusaha menancapkan seluruh batang kontolnya.
Memang agak sulit selain meskipun sudah
dimasuki dua Kontol tadi, aku masih agak tegang
sehingga anusku masih sangat sempit.
Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Bli Putu
berhasil menanamkan seluruh batang kontolnya
didalam anusku. Tubuhku berguncang-guncang
merasakan sakit dan pedih tak terkirakan di
duburku. Aku pun terus memohon kepada Bli Putu
agar mau melepaskannya.
"Ahh, rasain kamu, akhirnya aku bisa juga
ngerasain jepitan anus kamu sayang", bisiknya
ketelingaku.
"Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn",
rintihku dengan suara yang megap-megap.
Jelas bli Putu tidak perduli. Dia malahan
langsung menggenjot tubuhnya memompakan
batang kemaluannya keluar masuk duburku.
"Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh", aku merintih-
rintih, disaat tubuhku digenjot Oleh bli Putu,
badanku pun semakin menggeliat-geliat.
Otot-otot dinding anusku kuat mengurut-urut
batang kemaluan bli Putu yang tertanam
didalamnya, karenanya bli Putu merasa semakin
nikmat. Sambil memukuli pantatku dengan
tangannya, berharap agar anusku mencengkram
Kontolnya dengan lebih erat karena lobang anusku
mulai semakin mengendur.
Tiba-tiba bli Putu mencabut Kontolnya dan dia
duduk di atas dadaku. Bli Putu mengocok-ngocok
kontolnya dengan kuat, sampai akhirnya dia
memuncratkan pejuhnya ke arah wajahku. Aku
gelagapan karena pejuh bli Putu mengenai bibir
dan juga mataku. Setelah itu bli Putu masih sempat
membersihkan sisa pejuh yang menempel di
Kontolnya dengan mengoleskan Kontolnya ke
bibirku.
Selanjutnya dua orang, Bli Wayan dan Bli Made
maju. Mereka kini menyuruhku untuk mengambil
posisi seperti merangkak. Kemudian bli Wayan
berlutut di belakang pantatku dan mulai mencoba
memasukkan Kontolnya ke lubang anusku.
"Gila nih cowok, pantatnya mantap bener,
hangat lagi, lihat nih bro paha si Bayu. Mulus dan
putih banget. Bener kata Pak Gunawan" Kata Bli
Wayan.
"Ampuunn Pakkkk, jangan sodomi saya lagi…
paakk, saya mohoonn… sakit…".
Membayangkan kesakitan itu, aku mencoba
untuk berdiri, tetapi kepalaku dipegang oleh bli
Made yang segera mendorong wajahku ke arah
Kontolnya. Kini aku dipaksa mengulum dan
menjilat Kontol bli Made. Kontol bli Made yang
tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam
mulutku.Sementara itu, bli Wayan masih berusaha
menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang
anusku.
"Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk.. udah
pakk…..!!!"
Sesekali bli Wayan menampar pantatku dengan
keras, sehingga aku merasa panas.
"Gila nih anak laki, bokongnya mantap banget
dan lobangnya kecil banget" Kemudian bli Wayan
menjilati lubang anusku.
Aku merasakan sensasi aneh yang tidak pernah
aku rasakan sebelumnya saat lidah polisi Wayan
menjilati lubang anusku yang sudah berlumuran
pejuh. Ia berada dibelakangku dengan posisi
menghadap punggungku.
Ketika lobang pantatku sudah terbuka, bli
Wayan merentangkan kedua kakiku selebar bahu,
dan..
"Aaakkhh.", aku kembali melolong panjang,
badanku mengejang dan terangkat dari tempat
tidur disaat bli Wayan menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anusku. Rasa sakit
tiada tara kembali dirasakan didaerah anusku,
dengan tidak perlu bersusah payah bli Wayan
berhasil menanamkan batang kemaluannya
didalam lobang anusku, meskipun baru masuk
setengahnya. Setelah itu tubuhku kembali disodok-
sodok.
Tidak lama kemudian aku kembali menjerit
kesakitan. Rupanya anusku sudah jebol oleh Kontol
bli Wayan yang gede banget yang berhasil masuk
seluruhnya dengan paksa. Kini bli Wayan
memperkosa anusku perlahan-lahan, karena
lubang anusku masih sangat sakit. Ketika bli
wayan menarik Kontolnya, bibir anusku terasa
ikut tertarik sehingga agak monyong keluar. Lalu
bli Wayan menyodokkan lagi Kontolnya, sehingga
kini anusku mengempot.
"Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu,
nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt… ooohhhhh".
Aku menjerit keras sekali, aku merasakan rasa
sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakan.
Bli Wayan merasakan kesakitan sekaligus
kenikmatan yang luar biasa saat Kontolnya dijepit
oleh anusku. Bli Wayan merasa Kontolnya lecet
didalam duburku. Kenikmatan yang terus-menerus
dirasakannya ketika menunggangi pantatku. Tak
terbayang bagaimana wajah Bang Wando, jika
menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi
yang dialami pacarnya. Pacar yang selalu bisa
menyenangkannya, sekarang tubuhnya sedang
menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi
oleh Oknum-oknum Polisi sepertinya. Aku yakin
bang Wando pasti langsung menonjok ampe babak
belur para polisi bejat ini. Bang Wando… Tolong
Bayu…
Seperempat jam lamanya bli Wayan
menyodomiku, waktu yang lama bagi aku yang
semakin tersiksa.
"Eegghh, aakkhh, oohh…ohhh…".
Dengan mata merem-melek serta tubuh
tersodok-sodok, aku merintih-rintih. Saat aku
berteriak, kembali bli Made mendorong Kontolnya
ke dalam mulutku, sehingga kini aku hanya dapat
mengeluarkan suara erangan yang tertahan,
karena mulutku penuh oleh Kontol bli Made.
Tubuhku terdorong kedepan dan kebelakang
mengikuti gerakan Kontol di anus dan mulutku.
aku berteriak-teriak kesakitan.
"Ahhhhhhhhhh..... Ooooooo... Ampoooon pak..
ampun pak Polisiiii!!!!"
Keadaan ini berlangsung 35 menit sampai
akhirnya bli Wayan dan bli Made mencapai
puncak secara bersamaan. Bli Wayan yang sudah
tidak tahan karena seret dan panasnya liang
pantatku menyemburkan pejuhnya di dalam
anusku, aku sekarang semakin merasakan perih
pada anusku yang semakin lecet dan tersiram
pejuh bli Wayan. Dan bli Made menyemburkan
pejuhnya di dalam mulutku. Aku terpaksa menelan
semua pejuh bli Made agar aku masih dapat
bernafas. Aku hampir muntah merasakan pejuh itu
masuk ke dalam kerongkonganku, namun tidak
dapat karena Kontol bli Made masih berada di
dalam mulutku. Aku biarkan saja Kontol bli Made
berada di dalam mulutku untuk beberapa saat
sampai bli Made menarik keluar Kontolnya dari
mulutku. Plop! Sebagian sisi pejuh briptu Made
yang tidak tertelan meluber keluar bercampur
dengan air liurku.
Kemudian bli Made memaksaku untuk
membersihkan sisa pejuh Kontolnya dengan cara
menjilatinya. Bripda Wayan juga masih
membiarkan Kontolnya terbenam dalam anusku
dan sesekali masih menggerak-gerakkan Kontolnya
di dalam anusku, mencoba untuk merasakan
kenikmatan yang lebih banyak. Aku dapat
merasakan kehangatan pejuh di dalam lubang
anusku yang secara perlahan mengalir keluar dari
lubang anusku. Perih yang luar biasa dirasakan
lubang duburku setelah kontol itu keluar..
Setelah bli Wayan mencabut Kontolnya dari
anusku, lalu bli Agung mengambil kursi dan duduk
di atasnya. Dia menarikku mendekati dan
mengangkat tubuh kecilku lalu memposisikan
mengangkangi Kontolnya dan menghadap
kearahnya. Bli Agung kemudian mengarahkan
Kontolnya ke anusku, dan kemudian memaksaku
untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga
seluruh Kontol bli Agung langsung masuk ke
dalam duburku.
"Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu
paakk.. pak.. ampuninnnn Bayu…", Aku
mengerang kesakitan dan memohon iba dari polisi
berbadan kekar dan berwajah tampan khas bali
itu.
Setelah itu, aku dipaksa bergerak naik turun.
Sesekali bli Agung menyuruhku menghentikan
gerakan untuk menahan orgasmenya. Bli Agung
dapat merasakan duburku berdenyut-denyut
seperti memijat Kontolnya, dan dia juga dapat
merasakan kehangatan liang anusku yang sudah
basah oleh pejuh-pejuh rekan-rekannya.
Bli Agung masih belum puas. Dia memiringkan
tubuhku lalu mengangkat kaki kananku ke
bahunya dan mulai menyodok-nyodokan
Kontolnya di anusku. Aku menahan sakit
bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirku
sendiri hingga lecet, wajahku yang sudah penuh
air mata dan memar bekas tamparan itu tidak
membuat iba para Polisi itu. Bli Agung tanpa kenal
ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya
dengan sepenuh tenaga. Bli Agung tidak dapat
bertahan lama, karena dia sudah sangat
terangsang sebelumnya ketika melihat aku
diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia
langsung memuncratkan spermanya kedalam
anusku. Aku kembali merasakan kehangatan yang
mengalir di dalam liang pembuanganku.
Selanjutnya Pak Gunawan yang masih mau lagi
yang mengambil giliran untuk memperkosaku. Dia
menarikku dari pangkuan bli Agung, kemudian dia
sendiri tidur telentang di lantai. Aku disuruh untuk
berlutut dengan kaki mengangkang di atas Kontol
pak Gunawan. Kemudian secara kasar pak
Gunawan menarik pantatku turun, sehingga
anusku langsung terhunjam oleh Kontol Pak
Gunawan yang sudah berdiri keras.
"Akkhh, aakkhh, oogghh,.. Pak.. sudah… anusku
sakit banget pak…". teriakan memilukan keluar
dari mulutku.
Kontol pak Gunawan, yang jauh lebih besar
daripada Kontol Polisi rekan-rekannya diruang ini
memasuki anusku, masuk semuanya ke dalam
anusku, membuat aku kembali merasakan
kesakitan karena ada benda keras yang masuk
jauh ke dalam duburku. Aku merasa dinding
anusku dikoyak-koyak oleh Kontol Pak Gunawan.
Pak Gunawan memaksa aku untuk terus
menggerakkan pinggulku naik turun, sehingga
Kontol Pak Gunawan dapat bergerak keluar masuk
duburku dengan leluasa.
Kemudian Pak Gunawan menarikku ke arah
dadanya, sehingga kini dadaku berhimpit dengan
dada berotot Pak Gunawan. Pak Gunawan benar-
benar terangsang. Melihat posisi seperti itu, Bli
Wayan melepas ikat pinggangnya dan mulai
mencambuk punggung dan bongkahan pantatku
beberapa kali.
"Akkhh, aakhh, damn, shitt.. sakit Pak!", Aku
kembali merasakan perih luar biasa pada
punggung, pantat, dan pahaku.
Cambukan bli Wayan sangat keras sehingga
membuat garis lurus merah di kulit punggung
pantat, dan pahaku.
Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras,
namun aku tetap merasakan perih dan panas di
punggung dan pantatku, sehingga aku berhenti
menggerakkan pinggul. Merasakan bahwa
gerakanku terhenti, Pak Gunawan marah.
Kemudian dia mencengkeram kedua belah
pantatku dengan tangannya, dan memaksanya
bergerak naik turun sampai akhirnya aku
menggerakkan sendiri pantatku naik turun secara
refleks. Pak Gunawan mencengkram pinggulku,
lalu membuat goyangan memutar sehingga ia
merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan
mengeborku itu.
"Oohh, sshh, shh… bapak suka anusmu Bay..
Uhh… ohhhh", Pak Gunawan mendesah
kenikmatan, sambil merasakan pantatku yang
empuk basah menduduki selangkanganya.
Ketika Pak Gunawan hampir mencapai klimaks,
dia memelukku dan berguling, sehingga posisi
kami kini bertukar, aku tidur di bawah dan Pak
Gunawan di atasnya. Sambil mencium bibirku
dengan sangat bernafsu, Pak Gunawan terus
menggenjot anusku. Tidak lama kemudian gerakan
Pak Gunawan terhenti. Pak Gunawan mencabut
Kontolnya keluar dari duburku dan segera
menyemprotkan spermanya di sekitar lubang
anusku. Kemudian dia menarik tangan kananku
dan memaksaku untuk meratakan sperma yang
ada di sekitar anusku dengan tanganku sendiri.
Setelah itu bli Putu yang tampan dan gagah itu
mengambil giliran memperkosa anusku. Ia
mengangkat kedua kakiku dan menyandarkannya
diatas bahunya, bli Putu menempelkan kepala
Kontolnya di mulut anusku. Dengan kasar bli Putu
menyodokkan Kontolnya dengan keras kedalam
liang duburku. Lalu ia mulai menggenjotnya.
Hampir sepuluh menit bli Putu memompa duburku
dengan kasar, membuat duburku semakin terasa
lecet dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya,
bli Putu mencabut Kontolnya dari duburku dan
memaksa aku untuk membuka mulut lebar-lebar
untuk menampung spermanya. Setelah itu, bli Putu
memaksa aku untuk berkumur dengan spermanya
dan kemudian menelannya. Semua polisi disitu
tertawa senang melihat itu, sementara aku
menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa
karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini
wajahku terlihat gelagapan oleh sperma milik Bli
Putu.
Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam
hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para polisi
kejam itu terhadap tubuhku. Kali ini aku tidak kuat
lagi.
Setelah lima polisi itu selesai memperkosaku
untuk kesekian kalinya, aku akhirnya pingsan
karena kecapaian dan karena kesakitan yang
menyerang seluruh tubuhku terutama dianus. Aku
telah diperkosa habis-habisan selama kurang lebih
7 jam oleh polisi-polisi bejat itu. Dan semua
kejadian itu direkam oleh pak Gunawan. Lebih-
lebih ketika posisi kedua tanganku yang terikat
digantung keatas. Bli Made menjilati dan
menciumi ketiakku.
"Mmuuahh, ketek kamu bagus banget sih,
rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm".
Liur bli Made membasahi ketiakku. Aku kembali
disetubuhi dari satu arah tentu saja lubang anus.
Aku kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakiku
berusaha menendang-nendang ke segala arah,
sambil sesekali seperti orang mengejan.
"Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih,
sakiitt, ouughh, aa, akh!!!"
Aku terus berontak seperti orang kesetanan.
Karena pantatku mulai mengering, Pak Made
kembali membasahi pantatku dan batang
Kontolnya sendiri dengan lotion agar licin. Bli
Made menyodomiku untuk kesekian kalinya.
Dilanjutkan dengan bli Wayan lagi, yang senang
sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat seperti
pantatku, ia semakin bernafsu menghancurkan
anusku.
Kemudian mereka kembali menelentangkan aku
di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-
bagian tubuhku yang bisa di gunakan untuk
memuaskan kontol kontol mereka. Bli Agung
memasukkan Kontolnya ke dalam mulutku, dan
memaksa mengulumnya. Pak Gunawan
menyarangkan Kontolnya ke dalam anusku, double
penetratio, yang berdarah-darah. bli Putu
melesakkan Kontolnya yang super besar dan
panjang itu ke dalam lobang pantatku yang sudah
dimasuki kontol pak Gunawan.
Akhirnya aku yang sudah tidak kuatpun
pingsan, dengan anus yang dalam keadaan lecet
parah, dan terus mengeluarkan darah dan sisa
sperma. Darah dan sperma berceceran dimana-
mana. Sudah puas para polisi tersebut, mereka
membersihkan diri lalu meninggalkan tubuhku
yang bugil dan berlepotan darah dan sperma
dalam keadaan pingsan.
Setelah para polisi gila itu pergi aku tidak tahu
apa-apa lagi. Aku pingsan dan tak berdaya.
Walaupun liburanku dipulau Bali masih ada
beberapa hari, aku memutuskan untuk mengurung
diri dikamar dan tidak ingin keluar. Pak Gunawan
beberapa kali meng-sms atau misscall ke hapeku
namun tidak aku gubris karena aku terlanjur sakit
dengan kelakuannya dan teman-temannya dua
hari lalu. Aku pun pulang ke kotaku dengan
trauma yang dalam dan sesampainya dirumah,
ayah dan ibuku bingung melihat aku yang diam
dan tampak melamun padahal aku habis liburan.
Mungkinkah aku trauma untuk berlibur sendiri
lagi? Tragis…..!!!
Aku malas untuk mengingat-ingat tampang dan
nama-nama para polisi periwisata itu namun
setiap aku mendengar kata Bali, aku selalu ingat
kelakuan mereka yang memperkosaku. Aku harus
bagaimana???? Tolong aku teman-teman…
dan kalo lebih bisa lagi, sih, seharinya bisa sampe full
Njir panjang bgt!
***** homo
siapa, sih?
Masa sih? Kek nya, elu sama andi, tinggian andi deh uma. Andi gak sampe 178 deh kayaknya. *soktau*