It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dimenit yang sama... Menjawab pertanyaan dengan jawabannya yang sama..
Kek sehati yak? Wekekekek
Mas-mas mirip Sanji di atas adalah Ginko, seorang mushi-shi.
Mushi-shi berarti orang yang ahli mushi. Mushi sendiri dalam bahasa Jepang, setahu saya bisa berarti ignore atau bug. Tapi mushi di sini adalah sebuah sesuatu.Ya pokoknya mushi itu sesuatu. Katanya mushi adalah bentuk kehidupan paling dasar. Sehingga tadinya saya pikir mushi ini adalah bakteri bersel satu. Hidup tapi seperti mati, entah tergolong organisme apa enggak. Tapi seiring dengan menonton anime ini, mushi lebih menyerupai jin. Jin yang co-exist dengan manusia.
Animenya dibuka dengan narasi suara ibu-ibu yang berat dan bijaksana. Lalu masuk ke opening song yang syahdu dan liriknya Inggris semua. Bukan orang Jepang sok nyanyi lagu full Inggris macem opening song TWGOK megami hen itu lho, Mushi-shi ini yang nyanyi bule beneran. Lalu masuk ke adegan Mas Ginko mengembara. Lalu ganti scene jadi anak kecil shota menulis sambil berbisik aduh enak banget didengernya! Saya perlahan mulai memahami konsep mushi ini sambil terus cicil nonton tiap pulang kerja.
Di sini gak akan ada moe-moe, fanservice, suara sok imut, modernitas dan globalisasi (karena emang settingnya zaman dulu). Suara anak-anak di sini bagus-baguuus, enak didenger. Bukan suara diimut-imutin. Beberapa pas saya cek emang seiyuunya (pas tahun 2005) masih kecil. Misalnya, karakter cowok yang namanya Maho, menggelepar saya denger suaranya imut parah, ternyata seiyuunya waktu itu masih 9 tahun. Atau seiyuunya Ito-chan, waktu dulu masih 8 tahun. Pokoknya suara anak-anak di sini bikin saya membatin OMAIGOSSSHHH mulu. Sekarang udah umur 20 mungkin yah, udah bisa digebet tuh. #sadarDim
Perlu diketahui kalau nonton ini jangan mengharapkan plot arc yang rumit. Ada 26 episode dan semua cerita sifatnya episodik, alias berdiri sendiri. Gak ada final arc di episode 25/26. Dari semua episode itu, bisa kita lihat bahwa cinta itu ada berupa-rupa. Cinta pada istri, cinta pada teman, cinta pada ibu, cinta pada anak… Sungguh cinta itu luas dan romantis.
Pola ceritanya biasanya bau-bau urban legend. Sampe kadang kalo sepupu saya minta ceritain cerita setan, saya ceritain aja petualangan Ginko dari anime ini. Karena si Ginko ini mengembara dari satu tempat ke tempat lain, di suatu tempat ada fenomena alam apa gitu (misal, wabah penyakit atau keanehan suatu tempat) terus begitu diselidikin Ginko, “Mushi da.”
Ternyata itu ulahnya mushi! Gara-gara itu saya jadi terpengaruh. Keyboard saya macet, curiga jangan-jangan ulahnya mushi. Saya clumsy, mikir itu juga ulahnya mushi. Jakarta panas banget, juga kepikiran itu gara-gara mushi.
Habisnya mushi ini sesuatu yang hebat banget loh. Bukan sekadar bakteri. Mushi ada yang bisa memakan suara, memanipulasi cuaca, makan anak orang, memakan life-time manusia, menjadi pelangi, menjadi jembatan, dan masih banyak lagi. Ya barangkali aja, hal-hal yang terjadi pada kita juga karena adanya mushi.
Nah, balik ke soal mushi di anime, hal yang saya sesalkan adalah mengapa banyak banget yang sad ending. Di beberapa kasus (bahkan mungkin lebih dari sebagian), akhirnya jadi tragis banget. Saya jadi kesel kan. Ini kan cuma fiksi. Masa fiksi doang aja mereka gak bahagia? Mau di mana lagi menemukan kebahagiaan kalo bukan di cerita fiksi? Kalo nonfiksi boleh lah ada cerita hidup penuh derita. Masa fiksi aja ngenes begitu. Hufft.
Setelah itu, anime ditutup dengan musik instrumental yang enak banget tapi beda-beda setiap episodenya.
Saya gak menemukan kekurangan fatal dari anime ini. Baik dari segi animasi, suara, jalan cerita, bagus-bagus aja. Tontonlah anime ini apabila butuh kehangatan, lalu resapilah makna hidup di dalamnya!
Oh, iya. Kalau kasih rating, mungkin sekitaran 4.5/5
*Kepdan kao!!!
Serius??
Done, so many times