BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tuangkan Isi Hatimu Saat Ini [NEW]

1475247534755475747586432

Comments

  • Suruh ke sini ke sana... Gak ada dana nya... Mas nya baru nyampe kos dia. Gak k tega buat nyuruh nyuruh nganterin elah :/
  • sedang dlm mood pgn ngentotin org bumbu bdsm
  • panjang, yg gasuka baca mending gausah buka
    Nadirsyah Hosen
    Ketika Ilmuwan, Ulama dan Profesor Dibully di Medsos
    Medsos membuat orang merasa jadi setara. Hirarki keilmuan tdk lagi dihargai. Setiap orang merasa menjadi pakar.
    Marilah kita hormati spesialisasi keilmuan masing-masing. Tahu dirilah sedikit, bahwa ilmu ini luas, dan orang belajar agama tdk instan
    Saya ada 2 gelar PhD hukum umum & Syari'ah. Saya tdk klaim paling tahu, tapi jelas saya lebih tahu ke2 bidang itu dibanding anak s1 ekonomi
    Saya jelas goblok dalam bidang kedokteran, peternakan atau ekonomi. Saya gak akan berani menyalah2kan mrk yg punya gelar PhD dlm bidang tsb
    Tidak ada orang yg pakar segalanya. Tidak ada orang yg goblok dlm segala hal. Masing2 punya kelebihan dan kekurangan. Diskusi slg mengisi
    Makanya anda cek saja org spt Jonru, Hafidz Ary, Felix, latar belakang keilmuannya apa? Apa mrk pakar perbandingan agama, fiqh, tafsir?
    Mereka pasti punya kelebihan, tapi jg punya kekurangan. Kalau mrk ngetwit sesuai disiplin ilmunya silakan dikaji, kalau gak, ya di-ignore sj
    Mari yuk kita diskusi di medsos sesuai kapasitas keilmuan kita, kita hargai para pakar sesuai bidang msg2, shg diksusi kita slg mengisi
    Imam al-Ghazali itu usia 33 th diangkat jadi Profesor di kampus an-Nizhamiyah. Siapa blg gak punya gelar?
    Ada yg mempertanyakan para ulama klasik kan tdk punya gelar PhD atau Prof, jadi gelar akademik itu tdk penting dlm belajar agama. Benarkah?
    Dulu jg ada yg bantah saya soal gelar akademik. Kata ybs: "lha wong Rasul saja gak pernah kuliah di universitas kok?"
    Mari kita bahas dg, pertama, mengungkap penghargaan Islam thd orang berilmu di Qur'an & Hadits; kedua, bgm sejarah gelar ldm dunia akademik
    Islam sgt menghargai org berilmu. QS al-Mujadilah:11 menjanjikan Allah mengangkat derajat org yg beriman dan berilmu beberapa derajat.
    Qur'an sering bertanya retoris: "afala ta'qilun?" Ini diulang sampai 13x. Apakah kamu tidak pakai akalmu? Begitu pentingnya akal dlm Islam
    Al-Qur'an juga bertanya "afala yatadabbarun“, dan "afala tatafakkarun“, yg berarti: apakah kalian tak menelaah? apakah kalian tak berpikir?
    Perintah pertama dlm al-Qur'an bukan shalat, puasa atau perang (apalagi cuma demo berjilid-jilid). Perintahnya: "bacalah!" Luar biasa bukan?
    Term ulil abshar, ulil albab, dan ulin nuha dipakai al-Qur'an utk merujuk kategori orang2 yang berilmu. Itu "gelar akademik" dari Qur'an
    Hadits Nabi juga byk sekali yang bicara soal kedudukan orang berilmu, kewajiban menuntut ilmu, dan reward yg diterima org berilmu kelak
    Jadi, masalah belajar, baik ilmu agama maupun ilmu umum, ini dapat perhatian penting dlm Islam. Jadi, aneh kalau skr orang malah ngenyek
    Orang yg tdk menghargai ilmu biasanya tidak berilmu. Orang yg nyinyir sama ilmuwan dan profesor biasanya krn mereka "sulit menjangkau" nya
    Baik, sekarang kita beralih ke sejarah pendidikan Islam dan gelarnya utk menjawab pertanyaan: Nabi dan para ulama salaf tdk punya gelar
    Di masa Nabi tentu tdk ada institusi pendidikan spt universitas, jadi pertanyaan knp Nabi gak punya gelar akademik mudah dijawabnya
    Persoalan menjadi rumit kalau fakta Nabi tdk bergelar akademik membuat orang jd menyepelekan para profesor dan PhD. Ini tidak benar.
    Bukan saja krn gelar itu adalah hasil akhir dari pendidikan resmi, namun pemberian gelar akademik sama sekali tdk dilarang dlm Islam
    Jadi tlg fakta Nabi tdk kuliah jangan dipakai sbg alasan kemalasan anda belajar atau nyinyirnya anda thd para profesor dan ilmuwan
    Dulu tdk ada universitas, jd para ulama salaf belajarnya itu ke para syekh yg lalu memberi ijazah, yg lantas diadopsi barat dlm bentuk gelar
    Istilahnya dulu itu "ijazah al-tadris wal ifta" (semacam pengakuan anda selesai belajar sehingga berhak mengajar dan mengeluarkan fatwa)
    Ijazah itu berisi secarik kertas yang memuat penjelasan syekh ttg tuntasnyankita belajar berikut sanad para guru dari syekh kita tsb
    Rantai sanad keilmuan ini di pesantren tradisional masih dijaga sampai sekarang. Ijazah ini kemudian dlm bhs Inggris menjadi sertifikat
    Jadi kalau anda belajar kitab al-Mahalli, misalnya, maka kiai anda akan memberi ijazah plus sanadnya setelah anda tuntas mengaji.
    Jadi di masa klasik meski belum ada institusi pendidikan spt yg kita kenal skr, tradisi belajar dan ijazah kelulusan sdh ada.
    Dulu Anda diakui sbg syekh atau ulama shg berhak mengajar & berfatwa kalau ada ijazah dari para guru anda di berbagai bidang ilmu
    Gelar akademik itu produk modern, tapi jaman klasik sudah ada pengakuan thd orang yg tuntas belajar dan berhak diakui sbg syekh lewat ijazah
    Tradisi "chair" dalam dunia akademik barat saat ini jg mengadopsi dari dunia pendidikan Islam klasik
    Dulu para santri itu duduk melingkar dan syekh akan duduk di atas "kursi" di tengah2 santri. Ini diadopsi barat menjadi "Chair" dlm bdg ilmu
    Strata pendidikan s1, s2 dan s3 dlm dunia Akademik modern cikal bakalnya juga sdh ada dlm dunia Islam klasik.
    Profesor itu kira2 samalah dg mujtahid mutlaq, lantas assoc prof itu mujtahid fil mazhab, dan seterusnya
    Dunia modern skr bergerak berdasarkan sertifikat. Kalau tdk ada pembedaan mana orang yg punya ilmu/skill dan mana yg tdk maka dunia jd kacau
    Serahkan segala sesuatu itu pada ahlinya. Lha terus bgm kita bisa tahu org itu ahli atau enggak? Ya kita lihat sertifikat/ijazahnya
    Bukankah ada org yg otodidak berilmu? Boleh jadi demikian, tapi tanpa ijazah/
    sertifikat dia tdk boleh mengajar secara resmi
    Lucunya ada yg bantah saya soal gelar dg menyebut Bu Susi yg tamat SMP. Lha dulu kalian ngenyek beliau, kok skr malah merefer ke beliau sih
    Menteri itu jabatan politik, selama tdk ada aturan batas minimum kualifikasi ya silakan saja. Gak ada masalah
    Bu Susi bisa jadi menteri, tapi tdk bisa jadi dosen di kampus scr resmi, dg ijazah SMP-nya. Wewenang menteri beda dg otoritas keilmuan
    Ada yg nyamber bhw seolah saya sombong bicara gelar, dan sombong itu temannya iblis. Ati2 mengiblis-ibliskan orang lain sodara
    Kalau anda membantah dan mencaci saya padahal anda tdk punya otoritas keilmuan, anda berkilah: "sesama Muslim slg mengingatkan"
    Tapi kalau saya bantah anda dan tunjukkan otoritas keilmuan yg saya miliki dna raih dg susah payah, anda ngeles: "jgn sombong spt iblis"
    Lebih sombong mana sih: anda yg membantah tanpa ilmu atau saya yg membantah dg ilmu? Ilmu itu yg harus jadi ukuran kita berdiskusi
    Kalau Nabi melarang org miskin yg sombong, maka saya jg bisa blg: "anda itu sdh awam, sombong lagi!" Jahil murakkab istilahnya.
    Smg kita semua terhindar dari penyakit jahil murakkab: "tdk tahu kalau dirinya itu tidak tahu apa-apa." Mari kita terus belajar yuk
    Katakanlah, apakah sama orang yg mengetahui dan orang yg tdk mengetahui. Sungguh yang berakallah yg dpt menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9)
    Tabik,
    Nadirsyah Hosen
    Monash Law School


    sumber : https://m.facebook.com/home.php?ref_component=mbasic_home_logo&ref_page=/wap/photo.php&refid=13&ref=opera_speed_dial
  • Ada koko koko chubby pas nunggu nonton Ponyo duduk sebelah dan bertingkah aneh, gue kira nonton juga, ternyata beraninya cuma duduk sambil liatin aja.
  • I'll make sure I'll watch Sweet20.
    Gue yakin biasa aja sih.
    Paling gak jauh beda sama My Stupid Boss cuma sedikit lebih baik.
    Itu pun gue nonton My Stupid Boss menurut gue jelek.
    Komedinya receh banget.
    Receh yg gak lucu (karna receh yg lucu pun ada).

    So far, film Indonesia yang bagus genrenya pasti drama (romantis).
  • Silvestr wrote: »
    panjang, yg gasuka baca mending gausah buka
    Nadirsyah Hosen
    Ketika Ilmuwan, Ulama dan Profesor Dibully di Medsos
    Medsos membuat orang merasa jadi setara. Hirarki keilmuan tdk lagi dihargai. Setiap orang merasa menjadi pakar.
    Marilah kita hormati spesialisasi keilmuan masing-masing. Tahu dirilah sedikit, bahwa ilmu ini luas, dan orang belajar agama tdk instan
    Saya ada 2 gelar PhD hukum umum & Syari'ah. Saya tdk klaim paling tahu, tapi jelas saya lebih tahu ke2 bidang itu dibanding anak s1 ekonomi
    Saya jelas goblok dalam bidang kedokteran, peternakan atau ekonomi. Saya gak akan berani menyalah2kan mrk yg punya gelar PhD dlm bidang tsb
    Tidak ada orang yg pakar segalanya. Tidak ada orang yg goblok dlm segala hal. Masing2 punya kelebihan dan kekurangan. Diskusi slg mengisi
    Makanya anda cek saja org spt Jonru, Hafidz Ary, Felix, latar belakang keilmuannya apa? Apa mrk pakar perbandingan agama, fiqh, tafsir?
    Mereka pasti punya kelebihan, tapi jg punya kekurangan. Kalau mrk ngetwit sesuai disiplin ilmunya silakan dikaji, kalau gak, ya di-ignore sj
    Mari yuk kita diskusi di medsos sesuai kapasitas keilmuan kita, kita hargai para pakar sesuai bidang msg2, shg diksusi kita slg mengisi
    Imam al-Ghazali itu usia 33 th diangkat jadi Profesor di kampus an-Nizhamiyah. Siapa blg gak punya gelar?
    Ada yg mempertanyakan para ulama klasik kan tdk punya gelar PhD atau Prof, jadi gelar akademik itu tdk penting dlm belajar agama. Benarkah?
    Dulu jg ada yg bantah saya soal gelar akademik. Kata ybs: "lha wong Rasul saja gak pernah kuliah di universitas kok?"
    Mari kita bahas dg, pertama, mengungkap penghargaan Islam thd orang berilmu di Qur'an & Hadits; kedua, bgm sejarah gelar ldm dunia akademik
    Islam sgt menghargai org berilmu. QS al-Mujadilah:11 menjanjikan Allah mengangkat derajat org yg beriman dan berilmu beberapa derajat.
    Qur'an sering bertanya retoris: "afala ta'qilun?" Ini diulang sampai 13x. Apakah kamu tidak pakai akalmu? Begitu pentingnya akal dlm Islam
    Al-Qur'an juga bertanya "afala yatadabbarun“, dan "afala tatafakkarun“, yg berarti: apakah kalian tak menelaah? apakah kalian tak berpikir?
    Perintah pertama dlm al-Qur'an bukan shalat, puasa atau perang (apalagi cuma demo berjilid-jilid). Perintahnya: "bacalah!" Luar biasa bukan?
    Term ulil abshar, ulil albab, dan ulin nuha dipakai al-Qur'an utk merujuk kategori orang2 yang berilmu. Itu "gelar akademik" dari Qur'an
    Hadits Nabi juga byk sekali yang bicara soal kedudukan orang berilmu, kewajiban menuntut ilmu, dan reward yg diterima org berilmu kelak
    Jadi, masalah belajar, baik ilmu agama maupun ilmu umum, ini dapat perhatian penting dlm Islam. Jadi, aneh kalau skr orang malah ngenyek
    Orang yg tdk menghargai ilmu biasanya tidak berilmu. Orang yg nyinyir sama ilmuwan dan profesor biasanya krn mereka "sulit menjangkau" nya
    Baik, sekarang kita beralih ke sejarah pendidikan Islam dan gelarnya utk menjawab pertanyaan: Nabi dan para ulama salaf tdk punya gelar
    Di masa Nabi tentu tdk ada institusi pendidikan spt universitas, jadi pertanyaan knp Nabi gak punya gelar akademik mudah dijawabnya
    Persoalan menjadi rumit kalau fakta Nabi tdk bergelar akademik membuat orang jd menyepelekan para profesor dan PhD. Ini tidak benar.
    Bukan saja krn gelar itu adalah hasil akhir dari pendidikan resmi, namun pemberian gelar akademik sama sekali tdk dilarang dlm Islam
    Jadi tlg fakta Nabi tdk kuliah jangan dipakai sbg alasan kemalasan anda belajar atau nyinyirnya anda thd para profesor dan ilmuwan
    Dulu tdk ada universitas, jd para ulama salaf belajarnya itu ke para syekh yg lalu memberi ijazah, yg lantas diadopsi barat dlm bentuk gelar
    Istilahnya dulu itu "ijazah al-tadris wal ifta" (semacam pengakuan anda selesai belajar sehingga berhak mengajar dan mengeluarkan fatwa)
    Ijazah itu berisi secarik kertas yang memuat penjelasan syekh ttg tuntasnyankita belajar berikut sanad para guru dari syekh kita tsb
    Rantai sanad keilmuan ini di pesantren tradisional masih dijaga sampai sekarang. Ijazah ini kemudian dlm bhs Inggris menjadi sertifikat
    Jadi kalau anda belajar kitab al-Mahalli, misalnya, maka kiai anda akan memberi ijazah plus sanadnya setelah anda tuntas mengaji.
    Jadi di masa klasik meski belum ada institusi pendidikan spt yg kita kenal skr, tradisi belajar dan ijazah kelulusan sdh ada.
    Dulu Anda diakui sbg syekh atau ulama shg berhak mengajar & berfatwa kalau ada ijazah dari para guru anda di berbagai bidang ilmu
    Gelar akademik itu produk modern, tapi jaman klasik sudah ada pengakuan thd orang yg tuntas belajar dan berhak diakui sbg syekh lewat ijazah
    Tradisi "chair" dalam dunia akademik barat saat ini jg mengadopsi dari dunia pendidikan Islam klasik
    Dulu para santri itu duduk melingkar dan syekh akan duduk di atas "kursi" di tengah2 santri. Ini diadopsi barat menjadi "Chair" dlm bdg ilmu
    Strata pendidikan s1, s2 dan s3 dlm dunia Akademik modern cikal bakalnya juga sdh ada dlm dunia Islam klasik.
    Profesor itu kira2 samalah dg mujtahid mutlaq, lantas assoc prof itu mujtahid fil mazhab, dan seterusnya
    Dunia modern skr bergerak berdasarkan sertifikat. Kalau tdk ada pembedaan mana orang yg punya ilmu/skill dan mana yg tdk maka dunia jd kacau
    Serahkan segala sesuatu itu pada ahlinya. Lha terus bgm kita bisa tahu org itu ahli atau enggak? Ya kita lihat sertifikat/ijazahnya
    Bukankah ada org yg otodidak berilmu? Boleh jadi demikian, tapi tanpa ijazah/
    sertifikat dia tdk boleh mengajar secara resmi
    Lucunya ada yg bantah saya soal gelar dg menyebut Bu Susi yg tamat SMP. Lha dulu kalian ngenyek beliau, kok skr malah merefer ke beliau sih
    Menteri itu jabatan politik, selama tdk ada aturan batas minimum kualifikasi ya silakan saja. Gak ada masalah
    Bu Susi bisa jadi menteri, tapi tdk bisa jadi dosen di kampus scr resmi, dg ijazah SMP-nya. Wewenang menteri beda dg otoritas keilmuan
    Ada yg nyamber bhw seolah saya sombong bicara gelar, dan sombong itu temannya iblis. Ati2 mengiblis-ibliskan orang lain sodara
    Kalau anda membantah dan mencaci saya padahal anda tdk punya otoritas keilmuan, anda berkilah: "sesama Muslim slg mengingatkan"
    Tapi kalau saya bantah anda dan tunjukkan otoritas keilmuan yg saya miliki dna raih dg susah payah, anda ngeles: "jgn sombong spt iblis"
    Lebih sombong mana sih: anda yg membantah tanpa ilmu atau saya yg membantah dg ilmu? Ilmu itu yg harus jadi ukuran kita berdiskusi
    Kalau Nabi melarang org miskin yg sombong, maka saya jg bisa blg: "anda itu sdh awam, sombong lagi!" Jahil murakkab istilahnya.
    Smg kita semua terhindar dari penyakit jahil murakkab: "tdk tahu kalau dirinya itu tidak tahu apa-apa." Mari kita terus belajar yuk
    Katakanlah, apakah sama orang yg mengetahui dan orang yg tdk mengetahui. Sungguh yang berakallah yg dpt menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9)
    Tabik,
    Nadirsyah Hosen
    Monash Law School


    sumber : https://m.facebook.com/home.php?ref_component=mbasic_home_logo&ref_page=/wap/photo.php&refid=13&ref=opera_speed_dial

    Postingan berfaedah. Syukron telah berbagi.
  • the raid lumayan kok, rumah dara juga. pengabdi setan not bad. dan itu bukan drama
  • Pengabdi Setan itu drama!
    drama antara setan dan pengabdinya *dikeplak*
  • the raid lumayan kok, rumah dara juga. pengabdi setan not bad. dan itu bukan drama

    satu2nya yg pernah liat cuman rumah dara & the raid

    bagus
    ya ga se-intense luaran tp bagus
    the raid imo pantes diacungi jempol

  • the raid lumayan kok, rumah dara juga. pengabdi setan not bad. dan itu bukan drama

    Iya sih.
    Berarti gak 'pasti' sebenernya ahahahaha.

    Gua ingetnya kayak aadc, cin(t)a, ? (Tanda Tanya), gitu gitu sih bahahah
  • Dia peduli.
    Dia mengerti.
  • persoalan yang sedang terjadi

    dia pahami
    dia mengerti
  • Indomaret dekat rumah sekarang 24 jam, Imdomie goreng jumbo turun harga, ada promo beli tiga gratis satu~
  • Xs or Os
Sign In or Register to comment.